Hello

Marquee Tag - http://www.marqueetextlive.com


Selasa, 23 November 2010

0 Terkandung Makna Kegotongroyongan Ritual Pelepasan Babi di Danau Aco

Ratusan orang menyaksikan prosesi adat Pakaatn Sapiikng dan Nyahuq yang dilakukan oleh masyarakat adat Kampung Linggang Melapeh, Kecamatan Linggang Bigung, yang dilaksanakan di Danau Aco, Rabu (4/11). Upacara adat ini baru dua kali digeber selama terbentuknya Kabupaten Kutai Barat. Namun begitu telah ditetapkan sebagai acara tahunan yang dilaksanakan setiap November.

Sebenarnya adat seperti ini sudah ada dan dilakukan sejak nenek moyang terdahulu karena merupakan acara leluhur. Untuk itu perlu dilestarikan sebab merupakan bagian dari adat budaya yang positif, karena terkandung rasa kebersamaan seperti sifat gotong royong yang tinggi dan mencintai lingkungan.

Acara adat ini dihadiri Bupati Kubar Ismael Thomas yang didampingi istri Ny Lucia Mayo dan Wakil Bupati H Didik Effendi SSos Msi, anggota DPRD Kubar, unsur Muspikab, pejabat di lingkungan Pemkab Kubar, dan unsur Muspika Linggang Bigung serta tokoh adat.

Bupati Ismael Thomas mengatakan, acara ini merupakan salah satu nilai luhur yang terkandung dalam adat-budaya, gotong royong (Rentenukng) atau biasanya disebut sempekat sempawaat. Dijelaskan, sempekat sempawaat ini menjadi unsur hakiki dalam kehidupan bersama, seperti membangun rumah, segala kegiatan yang berkaitan dengan perladangan, acara-acara adat, dan seterusnya.

“Saya yakin masyarakat Kampung Linggang Melapeh dan masyarakat Kubar pada umumnya masih mewarisi dan menerapkan nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti membersihkan dan memelihara Danau Aco ini yang ditetapkan sebagai tempat ritual adat. Tapi yang terpenting, bahwa semangat sempekat-sempawaat tersebut haruslah kita peliharan dan praktikkan dalam kehidupan sehari-hari,” harap Bupati.

Sementara itu, Ketua Presedium Dewan Adat Kubar Yustinus Dullah menjelaskan, inti acara adat ini adalah Pakaatn Sapiikng (memberi makan babi hutan). Menurut cerita, kata dia, ada seseorang yang bernama Beluq dari suku Tunjung (Rentenukng) pergi ke ladang untuk melihat tanaman padinya. Ternyata kondisinya baik saja, lalu Beluq kembali ke Lubuung (rumah panjang/lamin) dengan kondisi tersesat.

Dalam keadaan kebingungan itu, terdengarlah sayup-sayup suara orang. Ternyata ada 4 raja dan 2 ratu yang masing-masing bernama Julukng, Japi, Juraatn (masing-masing raja babi), dan Sentukng (raja lebah) kemudian ratunya adalah Mangooi dan Bungaq (masing-masing ratu babi).

“Beluq merasa lelah dan tertidur bersama ke-4 raja dan 2 ratu tersebut setelah terbangun dari tidurnya ternyata, dia (Beluq, Red) sendirian dan yang dijadikan tempat tidurnya adalah ilalang tempat babi bersembunyi ketika sedang melahirkan,” jelasnya.

Singkat cerita, tibalah waktu musim babi menyeberang (langooi), dan Beluq segera menyiapkan peralatan untuk menangkap babi. Ketika pergi ke hulu sungai di mana tempat babi tersebut nyeberang, ternyata ada 6 ekor babi yang menyeberang, di antaranya bermahkota namun hanya seekor yang berhasil dibunuhnya.

Pada malamnya, Buleq bermimpi dan mendapatkan pesan dari ratu babi agar memberi makan babi hutan yang lainya dengan upacara adat, supaya babi hutan tidak lagi mengganggu tanaman padi para petani. Jadi dalam kesimpulan adalah mengingatkan supaya selalu mengadakan ritual Pakaatn Sapiikng setiap tahun dengan tujuan agar hama, penyakit yang disebabkan babi tidak mengganggu tanaman dan ladang. Karena itu, Danau Aco ditetapkan sebagai tempat prosesi ritual adat Pakaatn Sapiikng.

0 komentar:

Posting Komentar