Hello

Marquee Tag - http://www.marqueetextlive.com


Rabu, 14 November 2012

0 SEJARAH KAMPUNG LINGGANG MELAPEH

SEJARAH KAMPUNG LINGGANG MELAPEH
"Benua" dalam Bahasa Rentenukng berarti wilayah geo-politis (prinsip lokalitas-geoanalogis) orang Rentenukng yang menurut kepercayaan mereka diwariskan atau bahkan ditetapkan oleh Sengkreaaq Delapan Bersaudara (Sengkreaaq Kalukng). Kampung-kampung induk dari orang Rentenukng sekarang ini lebih dikenal dengan sebutan "Luntuq" (Dataran Tinggi Linggang) yang dianggap sebagai "Tanah Leluhur" bagi orang Rentenukng sekarang ini. Menurut Sengkreaaq, daerah ini bermakna sebagai "Tana Purai Ngerimaan" artinya Tanah Damai, Makmur dan Sejahtera. Inilah yang menjadi esensi "world wiew" dari semua orang Rentenukng sejak dahulu hingga sekarang ini. Komunitas Rentenukng sekarang percaya bahwa mereka masih memegang bukti mitologis berupa "Ibu jari Sengkreaaq" (Toar Angaaq Sengkreaaq) dan "Kepingan Langit" (Bitt Langit) yang terwariskan dari Sengkreaaq tersebut.
Tiga kampung induk komunitas rentenukng adalah Kampung Linggang Bigung, Kampung Linggang Amer, dan Kampung Linggang Melapeh. Dari ketiga kampung ini, kemudian terbelah menjadi beberapa kampung kecil lainnya di wilayah Kecamatan Linggang Bigung dan Kecamatan lainnya di Kutai Barat. Tujuh kampung dari 12 kampung tersebut berada di Kecamatan Linggang Bigung. Namun benang merah dari semua kampung orang Rentenukng adalah silsilah tunggal yang bersumber dari Sengkreaaq Walo di Engkalakng (di Hilir Kampung Jelemuq sekarang). Di daerah ini ada kemungkinan besar tersimpan data arkeologis berupa pancuran Sengkreaaq, leluhur orang Rentenukng.
Nama Linggang berasal dari sebuah nama gong pusaka milik orang Rentenukng yang disebut Lingakng. Gong ini terdiri dari 3 buah yaitu 1) Lingakng, 2) mentiungk, dan 3) Jaragan. Dari cerita lisan para tetua kampung, ketiga gong ini dalam perjalanan pulang dari pengembaraan di Hulu Mahakam (Rantau-Nuungk) menuju dataran tinggi Linggang tenggelam di daerah Sungai Haan dikenal dengan Ulak Lingakng (daerah di Ulu Mahakam), karena saat itu mereka diserang oleh musuh yang pergi mengayau (Ballaaq).

NAMA DAN GELAR KAMPUNG LINGGANG MELAPEH
Nama "Melapeh" berasal dari kata "Kelapeh". "Kelapeh" adalah jenis kayu di hutan belantara. Kampung Linggang Melapeh ini tergolong sebagai yang berjenis kelamin perempuan atau "Luuq Waweeq", karena udaranya yang sejuk di malam hari, dan masyarakatnya damai, aman, dan tenteram. Orang Rentenukng lebih suka diam, daripada berdebat! Lebih suka bekerja, daripada bicara! Orang Benuaq memberi gelar Kampung Linggang Melapeh ini dengan sebutan Samukng Jukukng, artinya bentuk kampung ini menyerupai sebuah perahu besar yang indah dan rapi.

KAPAN DAN SIAPA PENDIRI KAMPUNG LINGGANG MELAPEH?
Kampung Linggang Melapeh berdiri pada tahun 1915.
Pendiri pertama Kampung Melapeh adalah Bangun Arun yang berasal dari Luuq Tokokng, sebuah kampung dari ratusan kampung sebelum berdirinya Kampung Linggang Melapeh. Kampung Linggang Melapeh ini sendiri mulanya merupakan pemekaran dari Kampung Linggang Bigung. Kampung Linggang Bigung sebelumnya adalah Kampung keraay, yang hancur dalam serangkaian perang suku pada awal abad ke-19.
Kampung Linggang Melapeh sekarang ini jika dilihat ke belakang, telah mengalami perpindahan kampung lebih dari 200 atau sekitar 280 kampung terdahulunya yang disebut "Puncutn Luuq". Lembo kampung (Munaan Luuq) yang berada di Hulu Kampung sekarang adalah bekass Kampung Melapeh yang lama. Kampung lama tersebut berasal dari area lahan hutan tanah perladangan secara berkelompok di jaman lampau hingga akhirnya terbentuk Kampung Linggang Melapeh sekarang ini.
Perpindahan kampung disebabkan beberapa alasan:
1. karena mengikuti lahan yang subur bagi perladangan,
2. karena wabah penyakit
3. karena adanya mimpi-mimpi buruk, dan
4. karena konflik internal di kalangan elit petinggi komunitas.
Beberapa pandangan menyebutkan bahwa terjadinya perpindahan tersebut disebabkan oleh praktek headhunting (mengayau atau ballaq) di antara komunitas suku dayak di masa lampau. Kepala manusia sebagai bukti penggayau masih ada tersimpan oleh Mangku orang Rentenukng di Linggang Bigung hingga sekarang.

KEPALA ADAT DAN PETINGGI YANG PERTAMA
Kepala Adat pertama Kampung Linggang Melapeh adalah Ulaq atau yang disebut Empon Sangkitn, sedangkan petingginya yang pertama adalah Tebon atau yang disebut Empon Tango. Semangat kepemimpinan dan kebijaksanaan adat dan hukum adat hingga sekarang berpedoman pada Empon Sangkitn.

KEPALA ADAT KAMPUNG LINGGANG MELAPEH (1915-2012)
1. Ulaq yang disebut Empon Sangkitn,
2. Tebon yang disebut Empon Tango,
3. Empon Netetn,
4. Taruk yang disebut Taman Nantah, dan
5. E. Melamun yang disebut Taman Felix (sekarang)

PETINGGI KAMPUNG LINGGANG MELAPEH (1915-2015)
1. Tebon yang disebut Empon Tango,
2. Joya yang disebut Taman Reuh,
3. Ajak yang disebut Taman Madjan,
4. Leneq yang disebut Taman Thomas,
5. Taruk yang disebut Taman Nantah,
6. Dimas yang disebut Taman Yanti,
7. Djanmin (Plt. E. Kueng yang disebut Taman Duun),
8. Syahdan Yupenalis yang disebut Taman Rusli , dan
9. Yudi Hermawan yang disebut Taman Rio (Sekarang).