Hello

Marquee Tag - http://www.marqueetextlive.com


Jumat, 27 Agustus 2010

0 PENGANTAR ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB I
PENGANTAR ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
(Bergeivin)

I. LINGKUP ANALISIS
Laporan keuangan mengkomunikasikan kejadian-kejadian ekonomi suatu perusahaan kepada para pembaca/pihak yang membutuhkan. Para analis harus mengetahui pengaruh tentang laporan keuangan dan bagaimana memperoleh informasi.
1. Lingkungan Bisnis
Analis harus mengetahui/paham mengenai keseluruhan ekonomi perusahaan, politik perusahaan, hukum perusahaan, dan budaya dimana perusahaan melakukan bisnisnya. Seorang analis harus mengembangkan sebuah pemahaman perspektif ketika menganalisis laporan keuangan, atau resiko dalam membuat penilaian buruk dan keputusan yang buruk.
2. Sumber Data
Analis harus menentukan lokasi dan menggunakan data-data masa lalu dan masa sekarang untuk mendukung tersedianya laporan keuangan oleh perusahaan. Data dapat berasal dari berbagai bentuk, dari banyak tempat, mengandung berbagai macam keuntungan, dan mempunyai berbagai macam biaya.

II. TUJUAN/SASARAN ANALISIS
7 (Tujuh) kelompok pengguna laporan keuangan adalah:
1. Penyetor Modal
Para penyetor modal adalah para pengambil keputusan yang utama. Sebagai pemilik bisnis, kekayaan mereka meningkat ketika perusahaan mendapat untung, dan kekayaan mereka akan menurun ketika perusahaan mendapat rugi. Sebagai pemegang saham, penyetor modal menyatakan suku bunga sisa suatu perusahaan; mereka membayar pengembalian pada investasi mereka hanya setelah pemegang saham lain merasa dinyamankan.
Tempat/Pasar dimana para investor membeli maupun memberikan modalnya secara langsung untuk dijual disebut pasar primer (primary markets). Pada beberapa kesempatan investor tidak membeli langsung dari perusahaan, mereka membeli dari investor lain dan ini disebut pasar sekunder (secondary markets).
2. Pemberi Pinjaman/Kreditor
Kreditor menganalisis laporan keuangan untuk menilai/menaksir kemungkinan pembayaran pinjaman secara lengkap dan tepat waktu. Pinjaman jangka pendek perusahaan digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Pinjaman jangka panjang digunakan untuk pembangunan kontruksi dan pembelian mesin/perlengkapan.
3. Kelompok Manajer
Manajer adalah para profesional yang mengoperasikan perusahaan untuk keuntungan pemiliknya. Tugasnya adalah untuk memaksimumkan harga secara produktif dan berhati-hati dalam penggunaan aset. Manajemen yang tidak efisien dapat menimbulkan kesenjangan nilai.
Manajer menggunakan informasi laporan keuangan untuk mengawasi/mengatur dan merencanakan kegiatan/aktivitas kelompok. Pengungkapan ini membantu untuk memformulasikan strategi bisnis, penawaran produk, dan pengambilan keputusan dalam pemasaran. Laporan keuangan dapat membantu dalam membuat kontrak.
4. Ahli Merger dan Akuisisi
Merger dan Akuisisi (M&A) khusus mencoba untuk meningkatkan nilai pemegang saham melalui penjajaran kembali. Merger atau Akuisisi yang sempurna/sukses dapat menurunkan celah/jurang pemisah antara nilai dan membantu meningkatkan kekayaan pemegang saham. Kombinasi/Gabungan dari beberapa bisnis dapat mengurangi biaya atau meningkatkan penerimaan.
5. Auditor Internal dan Eksternal
Auditor internal menaksir operasional perusahaan, sedangkan auditor eksternal menyatakan opininya mengenai keakuratan dari laporan keuangan perusahaan. Opini/Pendapat yang dikemukakan dapat mempengaruhi penilaian/pernyataan oleh analisis lain.
6. Pengatur (Regulators)
Banyak dari agen-agen menganalisis laporan keuangan sebagai bagian dari kewajiban suatu peraturan. Tuntutan dari tugas/jabatan ini adalah untuk menjamin bahwa investor dan kreditor mendapatkan informasi mengenai kegiatan perusahaan secara penuh.
7. Kelompok Karyawan/Tenaga Kerja
Pengungkapan para analis digunakan untuk meningkatkan posisi perundingan mereka dengan manajer. Pengungkapan keuangan mengukur produktivitas pekerja.

III. STANDAR PELAPORAN
1. Hubungan Kerjasama
Prinsip-prinsip laporan keuangan menyediakan dasar untuk mengukur, menilai, dan membandingkan aktivitas ekonomi. Standar ini menjamin pengungkapan dan tetap setiap waktu dan memperbolehkan untuk memperbandingkan antara perusahaan. Analis harus mengingat bahwa standar laporan keuangan dibuat oleh manusia dan buka hukum tetapi dari alam. Hubungan kerja antara masyarakat dan sektor pribadi menetapkan standar yang berwenang yang terdapat dalam GAAP (Generally Accepted Accounting Principles).
2. Standar Pelaporan Keuangan
3. Dimensi Internasional
Perbedaan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) yang terjadi di seluruh dunia menyebabkan analisis laporan keuangan sulit dilakukan. Seorang analis laporan keuangan harus dapat membedakan antara perbedaan substansi ekonomi dan dampaknya dari metode pengungkapannya. Hal ini berarti untuk mengungkapkan suatu substansi ekonomi yang dibutuhkan metode yang berbeda dengan pengungkapan substansi ekonomi lain.
Dalam beberapa instansi perbedaan perlakuan akuntansi diantara bangsa bukan merupakan hal yang terlalu berdampak, tetapi di lain kasus perbedaan tersebut dapat menjadi masalah besar. Agar pengungkapan laporan keuangan antarbangsa dapat dibandingkan, maka perlu adanya kesamaan dalam hal bahasa, undang-undang, dan pelaporan ekonomi.
Perdagangan berkembang cepat dalam era pasar global, dan laporan keuangan harus dapat mengimbangi pertumbuhan perdagangan tersebut. Pertumbuhan perusahaan multinasional berarti terdapat transaksi-transaksi keuangan yang lebih kompleks sehingga laporan keuangan menjadi penting peranannya sebagai media komunikasi manajemen perusahaan dengan pihak eksternal.
Perbedaan Prinsip Akuntansi Berterima Umum Anglo Amerika dan Model Eropa
Karakteristik Model Angelo Amerika Model Eropa
Perhatian ekonomi Berdasarkan pasar Campur tangan pemerintah
Sumber utama ekonomi Pasar saham Bank
Basis hukum Hukum umum Undang-undang Roma

IASC (International Accounting Standards Committee ) memiliki tujuan untuk menyelaraskan standar pelaporan keuangan. Seperti FASB dan badan pembentuk standar lain, IASC tidak dapat memaksa menggunakan PABU-nya.

IV. TANTANGAN PENGUNGKAPAN
Penelitian berkelanjutan menghasilkan wawasan yang kuat mengenai prestasi perusahaan masa kini dan masa datang, tetapi kurang memberikan informasi yang tepat untuk tugas yang kompleks.
1. Seleksi Biaya Modal
Dua karakteristik pelaporan kualitatif mempengaruhi pengungkapan keuangan. Seorang analis laporan keuangan perlu menilai informasi yang relevan, yang membantu meramalkan masa depan dan menyediakan evaluasi mengenai kejadian masa lalu. Seorang analis laporan keuangan membutuhkan informasi yang dapat diandalkan yang terdiri dari data yang bersifat tidak memihak dan benar-benar teruji.
Tingkat relevan dan dapat diandalkannya suatu informasi tergantung pada sistem pelaporan rata-rata dari biaya modal. Laporan keuangan merupakan laporan mengenai dasar tipe asumsi investasi khusus yang disebut biaya modal. Konsep ini mengukur jumlah investasi yang diperoleh kembali melalui pendapatan sebelum pendapatan tersebut diperoleh.
Metode penilaian aset berhubungan dengan konsep biaya modal historis. Prinsip biaya historis mengatur ukuran konsep biaya modal disajikan dalam nominal dolar. Nilai ini merupakan salah satu dari atribut penilaian aset. Atribut penilaian lain antara lain biaya pengganti, harga jual, dan nilai likuidasi. Ukuran ini terdiri dari nilai ekonomi, tetapi GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) tidak membutuhkan pengungkapan ukuran-ukuran tersebut.
Keterbatasan konsep biaya historis antara lain:
a. Tidak dapat mengetahui nilai pasar suatu aset
b. Tidak dapat mengetahui biaya pengganti suatu aset
c. Tidak dapat mengetahui kemampuan cash-generating suatu aset
d. Tidak dapat menentukan nilai ekonomis
2. Kompleksitas Informasi
Lima hambatan dalam sebuah analis keuangan mengenai pertanyaan untuk melengkapi pemahaman aktivitas perusahaan antara lain: istilah dan format yang tidak konsisten, volume data, kompleksitas transaksi, variabel informasi, dan keterbatasan laporan keuangan. Ketidakkonsistenan ini menyebabkan seorang analis keuangan bingung saat memahami aktivitas perusahaan.
Sumber produksi jangka panjang memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Memiliki kegunaan ekonomi di masa datang
b. Sekarang ini diatur oleh perusahaan
c. Merupakan hasil dari transaksi masa lalu
d. Berwujud
e. Mampu menghasilkan pendapatan dalam berbagai periode laporan.
Volume data mengenai calon analis laporan keuangan. Pertama seorang analis laporan keuangan perlu mendapat cukup informasi yang mendukung proses analisisnya. Sumber informasi sangat beragam. Beberapa diantaranya merupakan informasi yang baik dan beberapa yang lain merupakan informasi yang buruk.
Bila terjadi kebanjiran informasi, seorang analis laporan keuangan perlu menyaring informasi tersebut dan memilih informasi yang relevan dan dapat dipercaya. Informasi yang buruk merupakan noda bagi proses analisis laporan keuangan karena informasi yang buruk dapat menyesatkan.

0 AUDIT PROGRAM

AUDIT PROGRAM
1. Tujuan
Audit program berisikan seperangkat prosedur analitis atau langkah-langkah pengumpulan dan pengujian bukti-bukti audit. Langkah-langkah ini bertujuan untuk:
a. Pengumpulan Bukti
b. Penilaian kecukupan dan efektivitas control
c. Penilaian efisiensi, ekonomis, dan efektivitas dari kegiatan yang direview.
Audit program disusun berdasarkan informasi yang diperoleh pada survey pendahuluan. Oleh karena itu, isi audit program akan disesuaikan dengan sasaran, tujuan dan cakupan audit untuk masing-masing auditable unit. Berdasarkan langkah-langkah audit yang disusun dalam audit program, auditor diharapkan mampu mengungkapkan kelemahan sekaligus membantu auditee meningkatkan kecukupan dan efektivitas control atas risiko yang berdampak signifikan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan operasi auditable unit yang bersangkutan. Audit program didesain dengan maksud untuk membantu auditor dalam menentukan:
a. Apa yang telah dilaksanakan.
b. Kapan dilaksanakan.
c. Bagaimana dilaksanakan.
d. Siapa yang melaksanakan.
e. Berapa lama akan dilaksanakan.

Audit program merupakan penghubung antara survey pendahuluan dengan pengujian dilapangan. Survey pendahuluan dipakai untuk memahami tujuan utama kegiatan operasi, tujuan audit yang akan dilaksanakan, kondisi pengendalian intern, dan risiko/ancaman bagi perusahaan.
Audit program yang disusun sifatnya massih tentative. Terbuka kemungkinan untuk dilakukan revisi dan penyesuaian terhadap audit program berdasarkan kenyataan kindisi dilapangan. Keadaan yang ada mungkin berbeda dengan hasil analisis sebelumnya. Perbedaan ini dapat berpengaruh pada penilaian terhadap urutan risiko yang perlu diutamakan pengendaliannya. Perbedaan ini juga akan memerlukan penyesuaian langkah-langkah audit, dan isi audit program perlu direvisi pula.

2. Manfaat
a. Menetapkan rencana yang sistematis untuk setiap tahap pekerjaan audit, yaitu rencana yang dapat dikomunikasikan dengan supervisor dan staf audit.
b. Sebagai dasar untuk pembagian tugas antara anggota tim audit.
c. Merupakan alat untuk mengendalikan dan mengevaluasi progress pekerjaan audit yang telah dicapai.
d. Menjadi alat bagi supervisor dan manajer audit untuk membandingkan apa yang telah dilaksanakan dengan apa yang direncanakan.
e. Membantu melatih para anggota tim audit yang belum berpengalaman dalam langkah-langkah pekerjaan audit.
f. Mengajukan ikhtisar catatan atas apa yang telah dikerjakan dalam penugasan audit.
g. Membantu mengenalkan pada auditor berikutnya jenis audit yang dilaksanakan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu penugasan audit.
h. Memberi manfaat bagi supervisor audit untuk mengurangi jumlah pengawasan langsung yang dibutuhkan.
Audit program bukan untuk mematikan kreativitas, inisiatif dan imajinasi auditor. Audit program merupakan instruksi-instruksi untuk mempermudah dan mengendalikan audit yang dilaksanakan.

3. Kapan Audit Program Disiapkan
Perencanaan terhadap penyusunan audit program tidak boleh tertunda. Audit program harus disiapkan segera setelah survey pendahuluan. Jangan sampai audit program baru disusun pada saat audit sudah dilaksanakan. Hali ini perlu agar audit program sesuai dengan kebutuhan dan arah audit secara jelas dapat dipahami sejak awal proses audit dilakukan. Namun karena audit program bersifat tentative, penyesuaian dan revisi terhadap audit program dapat dilaksanakan selama proses audit masih berlangsung. Penyusunan, revisi dan penyesuaian audit program harus selalu dikomunikasikan dan mendapat persetujuan dari kedua tim, pengawas, manajer atau penanggung jawab audit.



4. Pedoman Penyusunan Audit Program
Berikut adalah ikhtisar simgkat dari daftar langkah-langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan audit program.
Pedoman Penyusunan Latar belakang Alasan
1. Review audit analisis sheet, laporan audit, audit program, dan kertas kerja audit periode lalu, termasuk dokumen-dokumen lain sebelum audit berjalan, serta segala daftar masalah yang memerlukan tindak lanjut. Untuk memperoleh pemahaman atas tujuan dari kegiatan yang direview dan sistem pengendalian yang ada.
Untuk mendapatkan gambaran latar belakang dan hasil audit yang lalu yang relevan untuk penentuan ruang lingkup audit berjalan.
2. Review kebijakan dan prosedur operasi, bagan organisasi, dan prosedur otorisasi dari auditable unit. Untuk menentukan area mana yang dapat diidentifikasi, diukur dan dinilai risiko dari unit terkait.
3. Review daftar pustaka internal auditing yang sesuai dengan bidang yang terkait. Untuk mendapatkan informasi terakhir mengenai teknik auditing untuk aktivitas yang direview.
4. Siapkan flowchart atas operasi inti dari fungsi atau kegiatan yang diaudit. Untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dalam pengendalian dan untuk mendapatkan analisa visual dari arus transaksi.
5. Review standar kinerja yang telah ditetapkan oleh manajemen dan bila mungkin bandingkan ini dengan standar industry. Untuk mendapatkan ukuran dan penilaian efisiensi dan efektivitas operasi dan untuk menentukan apakah sesuai dengan standar yang semestinya.
6. Interview auditee dan diskusikan ruang lingkup audit dan tujuan yang auditor ingin capai. Untuk mendapatkan persetujuan dari auditee dan menghindarkan kesalah pahaman mengenai tujuan dan ruang lingkup audit.
7. Siapkan budget yang menguraikan sumber-sumber yang diambil untuk menyelesaikan penugasan audit. Untuk menetapkan pedoman bagi auditor dan waktu yang dibutuhkan untuk memastikan efisiensi atas proses audit.
8. Interview individu-individu yang memiliki posisi kunci yang akan berkaitan dengan proses audit. Untuk memperoleh pandangan terhadap efisiensi dan efektivitas operasi dan identifikasi setiap permasalahan secara kooperatif dan terkoordinir.
9. Buat daftar risiko yang material yang harus dipertimbangkan. Untuk meyakinkan bahwa masalah-masalah yang perlu mendapat perhatian besar atau dapat memperoleh perhatian yang semestinya.
10. Untuk setiap risiko yang teridentifikasi tentukanlah jenis pengendalian apa yang berpengaruh dan apakah pengendalian dimaksud tersebut sudah cukup memadai. Untuk melihat apakah pengendalian yang ada dapat mengeliminasi atau cukup efisien untuk mengurangi risiko-risikko yang teridentifikasi.
11. Tentukan luasnya masalah-masalah dan peluang-peluang yang signifikan. Untuk mengidentifikasi area mana yang utama atau mengandung kesulitan dan menentukan penyebab-penyebab dan kemungkinan pemecahannya.

5. Kriteria Audit Program
a. Program harus dibuat khusus atau spesifik sesuai dengan penugasan audit atas kegiatan atau aktivitas yang direvview.
b. Setiap langkah kerja program harus menunjukkan alasan yang mendasari, seperti: tujuan operasi dan pengendalian yang diuji.
c. Langkah kerja harus mengandung instruksi positif. Sebaiknya tidak dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan yang bersifat umum, terutama untuk jawaban ya atau tidak, kurang efektif untuk audit karena umumnya tidak bisa mendukung analisa dan evaluasi yang mendalam.
d. Audit program harus menunjukkan prioritas dalam langkah-langkah kerja. Jadi, bagian yang lebih penting dapat diselesaikan dalam waktu yang telah dialokasikan.
e. Audit program harus cukup fleksibel dan memungkinkan penggunaan inisiatif dan judgment auditor untuk merevisi audit program. Namun, supervisor audit harus diberitahukan segera atas perubahan dimaksud.
f. Program tidak boleh kacau balau dengan berbagai informasi dari berbagai sumber yang tersedia. Harus disortir mana yang bermanfaat bagi penyusunan audit program. Oleh karena itu, informasi yang tidak perlu harus dihindarkan. Informasi yang terlalu rinci dan berlebihan akan membuang waktu auditor, pada akhirnya berpengaruh terhadap biaya audit.
g. Audit program harus mendapatkan bukti persetujuan sebelum digunakan, termasuk juga perubahan-perubahannya.
h. Jika pada awal audit, manajemen auditee meminta auditor untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau khusus, hal ini harus tercakup dalam audit program.

6. Kerangka Audit Program
Audit program didesain dalam kerangka “tujuan- Risiko dan Kontrol”. Berikut contoh dari audit program dengan pendekatan dimaksud:

Komponen Kegiatan Tujuan Risiko Kontrol yang diperlukan Langkah Pengujian No. Indeks KKA Waktu Petugas
Rencana Realisasi
Penentuan kebutuhan Ketepatan jenis, jumlah, kualitas, dan jadwal kebutuhan. 1. informasi tidak akurat
2. rekayasa kebutuhan Komunikasi berkala antara pemakai, pengawas/ otorisator dan bagian pengadaan. 1. Dapatkan rencana pengadaan
2. Teliti jadwal rencana
3. Teliti frekuensi dan jenis informasi komunikasi berkala antara pemakai, bagian gudang, dan bagian pengadaan
4. Teliti kesesuaian pesanan dengan rencana dan kebutuhan.
5. Teliti kesesuaian tingkat persediaan rata-rata dengan kebutuhan.

B. PEMBUKTIAN
Pekerjaan lapangan merupakan suatu proses sistematis pengumpulan dan pengujian bukti mengenai kegiatan suatu aktivitas operasi. Hasil pengujian atas bukti operasi yang telah dikumpulkan auditor digunakan sebagai dasar penentuan opini yang akan diberikan oleh auditor.
Opini auditor berisikan penilaian auditor atas kecukupan dan efektivitas pengendalian atas kegiatan operasi. Pengendalian tersebut dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa kegiatan operasi telah dilakukan dengan proses yang tepat, sesuai dengan ketentuan/ kebijakan yang ada, dan dengan cara yang efektif dan ekonomis. Selain itu, pengendalian juga dimaksudkan agar kegiatanyang dilakukan dapat secara efektif mencapai tujuan yang ditentukan.
Berikut ini beberapa pengertian yang perlu diketahui auditor dalam rangka pengumpulan dan pengujian bukti audit.
a. Tujuan Operasi adalah hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari kegiatan operasi, berupa:
1) Mendapatkan barang yang tepat pada waktu yang tepat.
2) Memproses pesanan yang cepat.
3) Memilih rekanan yang dinilai mampu dalam memasok barang dalam kualitas dan kuantitas yang dipesan.
b. Prosedur operasi adalah langkah-langkah yang didesain untuk mencapai tujuan operasi.
c. Tujuan Audit didesain untuk meyakinkan apakah terdapat pengendalian yang cukup dan efektif terhadap prosedur operasi agar tujuan operasi dapat tercapai.
d. Prosedur Audit merupakan langkah, metode dan teknik audit yang digunakan.
Hubungan antara proses audit dan kegiatan operasi dapat digambarkan dalam diagram berikut:








1. Standar Profesi Audit Internal Tentang Pembuktian
a. Proses pembuktian diatur dalam standar profesi audit internal No. 420 sebagai berikut:
1) Auditor mengumpulkan menganalisis dan menginterpretasikan serta mengdokumentasikan informasi untuk mendukung hasil audit.
2) Informasi harus dikumpulkan berkaitan dengan semua hal yang berhubungan dengan tujuan dan ruang lingkup audit.
3) Informasi yang dikumpulkan harus mencukupi, relevan, kompeten dan berguna untuk memberikan landasan yang kuat terhadap temuan dan rekomendasi hasil audit.
4) Pengumpulan dan pengujian bukti serta teknik sampling yang akan digunakan perlu dicantumkan dimuka dan dapat dievaluasi jika diperlukan.
5) Proses pengumpulan analisis dan pendokumentasian informasi harus mendapatkan supervise agar obyektivitas auditor dan tujuan audit dapat tercapai.
b. Standar profesi auditor internal No. 280 mengatur sikap mental dan tata cara auditor dalam proses pembuktian.
1) Auditor internal dalam melaksanakan penugasan audit harus sesuai dengan persyaratan kecermatan profesi.
2) Kecermatan profesi berarti penggunaan keterampilan (skill) dan sikap kehati-hatian yang diperlukan sesuai dengan kompleksitas dan kondisi penugasan audit.
3) Auditor perlu waspada terhadap kesalahan, kekurangan, inefisiensi, pemborosan dan ketidak efektifan pada kegiatan yang diaudit.
4) Auditor perlu melakukan pengujian sampai batas kewajaran yang diperlukan.
5) Apabila auditor menemukan adanya kecurangan, hal tersebut perlu diinformasikan kepada manajemen yang berwenang dan merekomendasikan investigasi lebih lanjut apabila diperlukan.
6) Dalam melakukan pengujian, auditor harus mempertimbangkan:
a) Tujuan dan cakupan kegiatan audit
b) Tingkat materialitas dan signifikan masalah yang diuji.
c) Kecukupan dan efektivitas pengendalian
d) Perbandingan antara biaya dan manfaat proses dan langkah pengujian dalam suatu audit.
7) Auditor perlu memahami standar operasi yang berlaku dan menilai ketaatan terhadap standar tersebut.
8) Proses pengujian tidak akan menghasilkan keyakinan absolut melaikan hanya keyakinan yang wajar

2. Kriteria Bukti Audit
a. Cukup
Kecukupan pembukitan ditentukan oleh sejauh mana semua bukti yang telah dikumpulkan meyakinkan auditor, yang mempunyai sikap kecermatan profesi, untuk mengambil suatu kesimpulan atau opini audit atas proses pengujian yang dilakukan.
b. Relevan
Bukti yang relevan adalah bukti yang sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup audit.

c. Kompentensi
Kompentensi bukti berkaitan dengan tingkat kekuatan bukti audit. Berdasarkan kompentensinya bukti audit dapat diklasifikasikan dalam kategori :
1) Bukti yang sepenuhnya dapat dipercaya. Termasuk dalam kategori ini adalah bukti yang dilakukan sendiri oleh auditor.
2) Bukti yang dapat dipercaya apabila didukung oleh bukti lainya. Bukti kesaksian umpamanya dapat dipercaya setelah dilakukan pencocokkan dengan hasil konfirmasi dan prosedur analitis.
3) Bukti yang kurang dapat dipercaya tapi berguna. Dalam memberikan petunjuk bagi arah audit yang akan dilakukan termasuk dalam kategori ini adalah surat kaleng. Bukti kesaksian atau keterangan dan pernyataan menejemen yang tidak didukung oleh bukti lainnya.

3. Jenis-jenis Bukti Audit
a. Bukti Fisik
Bukti fisik terdiri atas bukti yang diperoleh dari pengamatan, inspeksi dan penghitungan langsung oleh auditor atas orang atau kegiatan auditee. Foto, peta, grafik dan bagan yang dibuat auditee, termasuk bukti fisik.
b. Bukti Dokumentasi
Bukti dokumentasi merupakan bukti yang paling umum yang diperoleh auditor. Bukti ini terdiri atas berbagai dokumen dan formulir seperti cek, faktur, catatan dan dokumen pengiriman barang. Bukti dokumentasi dap[at berupa dokumen yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal.
c. Bukti Kesaksian
Bukti kesaksian terdiri atas pernyataan tertulis dan lisan dari personil auditee dan dari pihak lain yang berisikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan auditor. Bukti kesaksian dapat menjadi petunjuk utama bagi arah dan langkah-langkah audit yang sedang dilaksanakan. Bukti kesaksian tidak sepenuhnya dapat dipercaya sebelum didukung oleh bukti lainnya.


d. Bukti Analitis
Bukti analitis diperoleh dari perbandingan dan hubungan antara berbagai data, kebijakan dan prosedur yang mengarah pada suatu interpretasi atau kesimpulan. Analisis menghasilkan bukti tidak langsung yang berkaitan dengan Circumstantial Evidence konsisten, hubungan sebab akibat dan relevansi berbagai data dan kejadian.

4. Sumber Bukti
a. Bukti Internal
Bukti Internal adalah bukti yang berasal dari dan tetap berada pada auditee. Termasuk dalam kelompok ini adalah catatan gaji pegawai. Dokumen ini berasal dari lingkungan internal dan tetap berada di unit auditee. Ketidakterlibatan pihak eksternal dalam proses pembuatan dokumen ini mengurangi tingkat kekuatan bukti internal.
b. Bukti internal-eksternal
Bukti ini terdiri atas bukti-bukti yang berasal dari lingkungan internal tetapi juga melibatkan proses yang dilakukan oleh pihak eksternal. Contohnya adalah bukti pengiriman barang ditandatangani oleh pihak yang menerima barang. Tandatangan pihak penerima merupakan validasi dari pihak eksternal atau pengiriman barang yang telah dilakukan. Oleh karena itu, bukti internal-eksternal lebih kuat dari bukti internal.
c. Bukti Eksternal-internal
Bukti ini terdiri atas informasi yang berasal dari pihak eksternal kemudian diproses pula oleh pihak internal. Contohnya adalah faktur penjualan dari rekanan. Faktur dari rekanan mempunyai tingkat kebenaran yang tinggi. Namun, faktur ini dapat dirubah atau dimusnahkan oleh auditee, maka tingkat kekuatannya tidak setinggi bukti eksternal murni.
d. Bukti Eksternal
Bukti eksternal adalah bukti yang dibuat oleh pihak eksternal dan disampaikan langsung kepada auditor. Contohnya adalah konfirmasi penting dari pelanggan yang diberikan langsung kepada auditor. Bukti ini dianggap sebagai bukti yang mempunyai kekuatan paling tinggi.


e. Bukti berdasarkan Perspektif Hukum
Kekuatan bukti dari perspektif hukum berbeda dengan kekuatan bukti dari perspektif audit. Dari perspektif hukum, bukti yang mengandung unsurdugaan/prasangka tidak dapat diterima. Sedangkan dari perspektif audit, auditor dapat melakukan pengujian terhadap semua bukti sampai berdasarkan judgment professional, auditor meyakini telah mendapat bukti yang cukup, kompeten, relevan, dan berguna.
Kekuatan bukti berdasarkan perspektif hokum diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Bukti terbaik/bukti utama (best evidence)
Bukti ini dianggap sebagai bukti yang paling memuaskan dan paling dapat dipercaya untuk memutuskan suatu perkara.
2) Bukti lapis kedua (secondary evidence)
Bukti ini dapat berupa salinan/ fotocopy dari bukti asli atau kesaksian tertulis dan lisan atas isi suatu dokumen. Bukti lapis kedua dapat digunakan apabila:
a) Bukti asli hilang atau rusak tanpa ada unsur kesengajaan.
b) Bukti asli tidak dapat diperoleh melalui upaya hokum atau upaya lain oleh pihak yang mengajukan bukti salinan.
c) Bukti asli disimpan oleh instansi publik yang berwenang.
d) Bukti asli tidak dapat dirilis berdasarkan putusan pengadilan.
e) Penyimpanan bukti asli oleh pengadilan selama proses perundingan dapat merugikan pihak tertentu.
3) Bukti langsung
Termasuk kedalam bukti ini adalah sesuatu yang langsung digunakan sebagai bukti tanpa memerlukan asumsi dan interpretasi. Contohnya, dokumen asli dan kesaksian tentang apa yang dilakukan, dilihat dan didengar oleh pemberi kesaksian.
4) Bukti tidak langsung
Bukti ini membuktikan suatu fakta antara yang dapat didedukasikan ke fakta utama yang menjadi bukti suatu perkara. Contohnya, perubahan data pada suatu sistem yang on-line yang diproteksi oleh password tertentu dapat menjadi bukti tidak langsung bahwa perubahan tersebut dilakukan oleh orang yang memegang password.
5) Bukti Konklusif
Bukti Konklusif adalah bukti yang sangat kuat karena mengarah pada suatu kesimpulan tanpa perlu dukungan bukti lain. Contohnya, hasil perhitungan fisik persediaan oleh auditor.
6) Bukti Opini
Opini biasanya tidak dapat diterima sebagai bukti karena mengandung unsur prasangka. Yang dapat diterima adalah opini yang dibuat oleh saksi ahli. Kesaksian ahli diperkenankan dalam hal:
a) Permasalahan diluar jangkauan pemahaman dan pengetahuan orang awam.
b) Kesaksian diberikan oleh ahli yang repurasi keahlian, obyektivitas dan intergritasnya dapat membantu pengadilan mengungkapkan kebenaran.
7) Bukti Dukungan
Bukti Dukungan adalah bukti yang mendukung fakta yang diungkapkan oleh bukti lain. Contohnya, kesaksian dari saksi kedua yang mendukung kesaksian dari saksi pertama.
8) Bukti Kesaksian Tidak Langsung
Bukti ini merupakan pernyataan atau kesaksian yang dibuat oleh seseorang yang menyatakan bahwa ia mendengar dari orang lain bahwa orang tertentu terlah melihat, mendengar atau melakukan sesuatu. Bukti ini biasanya tidak dapat diterims pengadilan.
f. Teknik Pembuktian
1) Wawancara
Melalui wawancara, auditor dapat melakukan pengujian silang dengan cara pengajuan pertanyaan untuk mengklarifikasi jawaban sebelumnya atau mendapatkan informasi tambahan. Oleh karena itu, informasi hasil wawancara juga dapat membantu auditee memahami mengapa terjadi kelainan, kekurangan dan kelemahan dalam kegiatan oprasi auditee.
Kendala utama dalam wawancara adalah hambatan psikologis yaitu pada umumnya orang tidak suka dievaluasi dan kecenderungan auditor untuk dinilai dapat mengungkapkan masalah besar dan serius yang dihadapi oleh auditee.

2) Perhitungan
Perhitungan oleh auditor atas jumlah fisik atau nilai aset merupakan teknik audit yang tingkat keandalannya tinggi.
3) Pengujian Rinci
Pengujian rinci meliputi pemeriksaan atas dokumen yang berkaitan dengan kegiatan atau transaksi diaudit. Pengujian dokumen dapat dapat diklasifikasi kedalam:
a) Vouching
Pengujian atas kebenaran suatu jumlah yang tercatat dengan memeriksa dokumen-dokumen yang menjadi dasar pencatatan tersebut.
b) Tracing
Pengujian dengan cara menelusuru suatu transaksi mulai dari dokumen awal ke pencatatan dan ikhtisar jumlah akhir.
c) Verifikasi
Penggujian terhadap validitas dan kelengkapan serta keakuratan suatu dokumen.
d) Observasi dan Inspeksi
Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan auditor atas kegiatan dan fisik aset yang diaudit.
e) Scanning
Meneliti secara sepintas data yang menarik perhatian dari sejumlah besar data yang ada.
f) Konfirmasi
Permintaan penegasan oleh auditor kepada pihak ketiga mengenai kebenaran pencatatan atau jumlah yang diungkapkan oleh auditee,
g) Review Analitis
Pengujian dengan cara membandingkan berbagai data yang berkaitan.
h) Bagan Arus
Bagan arus menggambarkan proses dan prosedur suatu kejadian dalam satu siklus alur tindakan dan keputusan.

i) Grafik
Penggunaan grafik memudahkan pembaca untuk melihat aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian dari suatu kondisi tertentu.
j) Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan untuk dijawab dan dikembalikan oleh auditee kepada auditor.