Hello

Marquee Tag - http://www.marqueetextlive.com


Jumat, 19 Oktober 2012

0 SEJARAH TARI GANTAR

SEJARAH TARI GANTAR
Ada suatu mitos yang mengawali lahirnya tari gantar sebelum terciptanya tari gantar yang sudah semakin berkembang. Mitos ini dulunya sangat dipercaya pada masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat Dayak Benuaq dan masyarakat Dayak Tunjung.
Konon menurut mitos yang berkembang dalam masyarakat Suku Bangsa Dayak Benuaq dan Suku Bangsa Dayak Tunjung bahwa lahirnya Tari Gantar berawal dari cerita di Negeri ”Dewa Nayu” yang diyakini sebagai tempat Dewa Nirwana yang bernama Negeri Oteng Doi. Pada suatu hari terjadi peristiwa didalam keluarga Dewa di Negeri Oteng Doi atau Negeri Dewa langit. Keluarga tersebut terdiri dari :Suatu kepala keluarga yang bernama Oling Besi Oling Bayatn mempunyai seorang istri dan dua orang anak putri yang bernama Dewi Ruda dan Dewi Bela. Keluarga Tersebut hidup tentram dan damai Di Negeri Oteng Doi. Pada suatu ketika datanglah seorang Dewa yang bernama Dolonong Utak Dolonong Payang ke keluarga Oliang Besi Oliang Bayatn, tanpa disangka dan diduga Oleh keluarga Oling Besi. Kedatangan Dolonong Utak Ternyata beritikad buruk. Maka Oling Besi pun dibunuhnya dengan tujuan dapat menikahi istri Oliang Besi. Sedangkan peristiwa itu terjadi didepan mata kedua anak dan istri Oling Besi. Karena takutnya istri Oling Besi menerima ajakan Dolonong Utak, namun kedua anaknya menyimpan dendam pada ayah tirinya tersebut.
Hari berganti hari, masa berganti masa, setelah kedua Putri oling besi menginjak remaja mereka berdua berencana untuk membunuh ayah tirinya. Pada suatu hari kedua Dewi tersebut akan melaksanakan niatnya untuk membalas kematian ayah kandungnya pada ayah tirinya, saat ayah tirinya ( Dolonong Utak) sedang istirahat dibalai- balai rumahnya. Ketika kesempatan itu tiba dibunuhlah Dolonong Utak dengan menggunakan sumpit. Dalam waktu sekejap Dolonong meninggal, setelah diketahui bahwa ayah tirinya meninggal selanjutnya kedua putri tersebut memenggal Kepala Dolonong dan diikatkan pada Batang Sumpit yang digunakan untuk membunuhnya.
Kedua Putri tersebut sangat senang, keduanya besuka cita dan mengungkapkanya dengan menari- nari berdua. Dan sebagai musiknya mereka berdua mencari sepotong bambu pendek dan mengisinya dengan biji- bijian. Ungkapan kepuasaan membunuh Dolonong Utak itu dilakukan hingga beberapa hari. Begitulah peristiwa yang terjadi dialam Dewa langit.
Dari dunia kejadian di alam Dewa tersebut diketahui oleh seorang manusia yang mampu berhubungan dengan alam Dewa yang bernama Kilip. Karena Kilip mengetahui kejadian itu maka Dewi Ruda dan Dewi Bela mendatangi Kilip dengan tujuan Kilip tidak boleh menceritakan kejadian ini pada dewa-dewa lain di Negeri Oteng Doi. Kilip menyetujui dengan mengajukan suatu syarat bahwa Dewi Ruda dan Dewi Bela harus mengajarkan tari mereka yang mereka lakukan saat bersuka cita. Tanpa berfikir panjang Dewi Ruda dan Dewi Bela pun mengajarinya. Dari hasil pertemuan tersebut Kilip mendapatkan satu bentuk tarian Sakral karena property tari tersebut berupa tongkat panjang dan sepotong bambu, maka Kilip memberi nama tarian tersebut sebagai tarian Gantar yang artinya tongkat (yang sebenarnya sebuah sumpit) dan sepotong bambu yang biasa disebut Kusak.
Tari Gantar ini dahulunya hanya ditarikan pada saat upacara adat saja, menurut versi cerita yang lain bahwa Tari gantar adalah merupakan tarian yang dilaksanakan pada saat upacara pesta tanam padi. Properti tari sebuah tongkat panjang tersebut adalah kayu yang digunakan untuk melobangi tanah pertanian dan bambu pendek adalah tabung benih padi yang siap ditaburkan dalam lobang tersebut. Gerakan kaki dalam tari ini menggambarkan cara menutup lobang tanah tersebut. Muda –mudi dengan suka cita bersama –sama menari tari tersebut dengan harapan panen kelak akan berlimpah ruah hasilnya. Tari ini biasanya dilakukan bergantian oleh anggota masyarakat Suku Bangsa Dayak Benuaq dan Tunjung.
Versi lain yang juga beredar dalam masyarakat bahwa dahulunya Tari Gantar adalah merupakan tari sakral yang hanya boleh ditarikan saat para pahlawan pulang dari medan peperangan. Tari ini sebagai penyambut kedatangan mereka dan ditarikan oleh gadis- gadis remaja. Properti tongkat panjang adalah sebuah sumpit dan diberi hiasan kepada atau tengkorak musuh ( digantungkan) yang telah dibunuh oleh para pahlawan. Sedangkan bambu kecil sebelah kanan adalah merupakan peraga untuk mengimbangi dari gerak tari.

0 komentar:

Posting Komentar