Hello

Marquee Tag - http://www.marqueetextlive.com


Selasa, 07 Desember 2010

0 Ekonomi Mikro

ILMU EKONOMI MIKRO

Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan hargaharga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya. Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).

Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.

Tinjauan umum

Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisa pasar beserta mekanismenya yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari sumber terbatas diantara banyak penggunaan alternatif. Ekonomi mikro menganalisa kegagalan pasar,yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidangbidang penelitian yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum (general equilibrium), keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai elastisitas produk dalam sistem pasar.

Asumsi dan definisi

Teori penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan bahwa pasar merupakan pasar persaingan sempurna. Implikasinya ialah terdapat banyak pembeli dan penjual di dalam pasar, dan tidak satupun diantara mereka memiliki kapasitas untuk mempengaruhi harga barang dan jasa secara signifikan. Dalam berbagai transaksi di kehidupan nyata, asumsi ini ternyata gagal, karena beberapa individu (baik pembeli maupun penjual) memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga. Seringkali, dibutuhkan analisa yang lebih mendalam untuk memahami persamaan penawaran-permintaan terhadap suatu barang. Bagaimanapun, teori ini bekerja dengan baik dalam situasi yang sederhana.

Ekonomi arus utama (mainstream economics) tidak berasumsi apriori bahwa pasar lebih disukai daripada bentuk organisasi sosial lainnya. Bahkan, banyak analisa telah dilakukan untuk membahas beragam kasus yang disebut “kegagalan pasar”, yang mengarah pada alokasi sumber daya yang suboptimal, bila ditinjau dari sudut pandang tertentu (contoh sederhananya ialah jalan tol, yang menguntungkan semua orang untuk digunakan tetapi tidak langsung menguntungkan mereka untuk membiayainya). Dalam kasus ini, ekonomi akan berusaha untuk mencari kebijakan yang akan menghindari kesia-siaan langsung di bawah kendali pemerintah, secara tidak langsung oleh regulasi yang membuat pengguna pasar untuk bertindak sesuai norma konsisten dengan kesejahteraan optimal, atau dengan membuat “pasar yang hilang” untuk memungkinkan perdagangan efisien dimana tidak ada yang pernah terjadi sebelumnya. Hal ini dipelajari di bidang tindakan kolektif. Harus dicatat juga bahwa “kesejahteraan optimal” biasanya memakai norma Pareto, dimana dalam aplikasi matematisnya efisiensi Kaldor-Hicks, tidak konsisten dnegan norma utilitarian dalam sisi normatif dari ekonomi yang mempelajari tindakan kolektif, disebut pilihan masyarakat/publik. Kegagalan pasar dalam ekonomi positif (ekonomi mikro) dibatasi dalam implikasi tanpa mencampurkan kepercayaan para ekonom dan teorinya.

Permintaan untuk berbagai komoditas oleh perorangan biasanya disebut sebagai hasil dari proses maksimalisasi kepuasan. Penafsiran dari hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta dari barang yang diberi, memberi semua barang dan jasa yang lain, pilihan pengaturan seperti inilah yang akan memberikan kebahagiaan tertinggi bagi para konsumen.

Model operasi

Diasumsikan bahwa semua perusahaan mengikuti pembuatan keputusan rasional, dan akan memproduksi pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Dalam asumsi ini, ada empat kategori dimana keuntungan perusahaan akan dipertimbangkan:

* Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan ekonomi ketika average total cost lebih rendah dari setiap produk tambahan pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Keuntungan ekonomi adalah setara dengan kuantitas keluaran dikali dengan perbedaan antara average total cost dan harga.

* Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan normal ketika keuntungan ekonominya sama dengan nol. Keadaan ini terjadi ketika average total cost setara dengan harga pada keluaran maksimalisasi keuntungan.

* Jika harga adalah di antara average total cost dan average variable cost pada keluaran maksimalisasi keuntungan, maka perusahaan tersebut dalam kondisi kerugian minimal. Perusahaan ini harusnya masih meneruskan produksi, karena kerugiannya akan makin membesar jika berhenti produksi. Dengan produksi terus menerus, perusahaan bisa menaikkan biaya variabel dan akhirnya biaya tetap, tetapi dengan menghentikan semuanya akan mengakibatkan kehilangan semua biaya tetapnya.

* Jika harga dibawah average variable cost pada maksimalisasi keuntungan, perusahaan harus melakukan penghentian. Kerugian diminimalisir dengan tidak memproduksi sama sekali, karena produksi tidak akan menghasilkan keuntungan yang cukup signifikan untuk membiayai semua biaya tetap dan bagian dari biaya variabel. Dengan tidak berproduksi, kerugian perusahaan hanya pada biaya tetap. Dengan kehilangan biaya tetapnya, perusahaan menemui tantangan. Akan keluar dari pasar seutuhnya atau tetap bersaing dengan resiko kerugian menyeluruh. Kegagalan pasar Dalam ekonomi mikro, istilah “kegagalan pasar” tidak berarti bahwa sebuah pasar tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah kegagalan pasar adalah situasi dimana sebuah pasar efisien dalam mengatur produksi atau alokasi barang dan jasa ke konsumen. Ekonom normalnya memakai istilah ini pada situasi dimana inefisiensi sudah dramatis, atau ketika disugestikan bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang diinginkan. Di sisi lain, pada konteks politik, pemegang modal atau saham menggunakan istilah kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak melayani “kepentingan publik”, sebuah pernyataan subyektif yang biasanya dibuat dari landasan moral atau sosial.

Empat jenis utama penyebab kegagalan pasar adalah :

* Monopoli atau dalam kasus lain dari penyalahgunaan dari kekuasaan pasar dimana “sebuah” pembeli atau penjual bisa memberi pengaruh signifikan pada harga atau keluaran. Penyalahgunaan kekuasaan pasar bisa dikurangi dengan menggunakan undang-undang anti trust.

* Eksternalitas, dimana terjadi dalam kasus dimana “pasar tidak dibawa kedalam akun dari akibat aktifitas ekonomi didalam orang luar/asing.” Ada eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif terjadi dalam kasus seperti dimana program kesehatan keluarga di televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif terjadi ketika proses dalam perusahaan menimbulkan polusi udara atau saluran air. Eksternalitas negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari pemerintah, pajak, atau subsidi, atau dengan menggunakan hak properti untuk memaksa perusahaan atau perorangan untuk menerima akibat dari usaha ekonomi mereka pada taraf yang seharusnya.

* Barang publik seperti pertahanan nasional dan kegiatan dalam kesehatan publik seperti pembasmian sarang nyamuk. Contohnya, jika membasmi sarang nyamuk diserahkan pada pasar pribadi, maka jauh lebih sedikit sarang yang mungkin akan dibasmi. Untuk menyediakan penawaran yang baik dari barang publik, negara biasanya menggunakan pajak-pajak yang mengharuskan semua penduduk untuk membayar pda barang publik tersebut (berkaitan dengan pengetahuan kurang dari eksternalitas positif pada pihak ketiga/kesejahteraan sosial).

* Kasus dimana terdapat informasi asimetris atau ketidak pastian (informasi yang inefisien). Informasi asimetris terjadi ketika salah satu pihak dari transaksi memiliki informasi yang lebih banyak dan baik dari pihak yang lain. Biasanya para penjua yang lebih tahu tentang produk tersebut daripada sang pembeli, tapi ini tidak selalu terjadi dalam kasus ini. Contohnya, para pelaku bisnis mobil bekas mungkin mengetahui dimana mbil tersebut telah digunakan sebagai mobil pengantar atau taksi, informasi yang tidak tersedia bagi pembeli. Contoh dimana pembeli memiliki informasi lebih baik dari penjual merupaka penjualan rumah atau vila, yang mensyaratkan kesaksian penghuni sebelumnya. Seorang broker real estate membeli rumah ini mungkin memiliki informasi lebih tentang rumah tersebut dibandingkan anggota keluarga yang ditinggalkan. Situasi ini dijelaskan pertamakali oleh Kenneth J. Arrow di artikel seminartentang kesehatan tahun 1963 berjudul “ketidakpastian dan Kesejahteraan Ekonomi dari Kepedulian Kesehatan,” di dalam American Economic Review. George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi asimetris pada karyanya ditahun 1970 The Market for Lemons. Akerlof menyadari bahwa , dalam pasar seperti itu, nilai rata-rata dari komoditas cenderung menurun, bahkan untuk kualitas yang sangat sempurna kebaikannya, karena para pembelinya tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah produk yang mereka beli akan menjadi sebuah “lemon” (produk yang menyesatkan)

Biaya peluang

Walaupun biaya peluang (opportunity cost) terkadang sulit untuk dihitung, efek dari biaya peluang sangatlah universal dan nyata pada tingkat perorangan. Bahkan, prinsip ini dapat diaplikasikan kepada semua keputusan, dan bukan hanya bidang ekonomi. Sejak kemunculannya dalam karya seorang ekonom Jerman bernama Freidrich von Wieser, sekarang biaya peluang dilihat sebagai dasar dari teori nilai marjinal.

Biaya peluang merupakan salah satu cara untuk melakukan perhitungan dari sesuatu biaya. Bukan saja untuk mengenali dan menambahkan biaya ke proyek, tetapi juga mengenali cara alternatif lainnya untuk menghabiskan suatu jumlah uang yang sama.

Keuntungan yang akan hilang sebagai akibat dari alternatif terbaik lainnya; adalah merupakan biaya peluang dari pilihan pertama. Sebuah contoh umum adalah seorang petani yang memilih mengolah pertaniannya dibandingkan dengan menyewakannya ke tetangga. Maka, biaya peluangnya adalah keuntungan yang hilang dari menyewakan lahan tersebut. Dalam kasus ini, sang petani mungkin mengharapkan untuk mendapatkan

keuntungan yang lebih besar dari pekerjaan yang dilakukannya sendiri. Begitu juga dengan memasuki universitas dan mengabaikan upah yang akan diterima jika memilih menjadi pekerja, yang dibanding dengan biaya pendidikan, buku, dan barang lain yang diperlukan (sebagai biaya total dari kehadirannya di universitas). Contoh lainnya ialah biaya peluang dari melancong ke Bahamas, yang mungkin merupakan uang untuk pembayaran cicilan rumah.

Perlu diingat bahwa biaya peluang bukanlah jumlah dari alternatif yang ada, melainkan lebih kepada keuntungan dari suatu pilihan alternatif yang terbaik. Biaya peluang yang mungkin dari keputusan sebuah kota membangun rumah sakit di lahan kosong, merupakan kerugian dari lahan untuk gelanggang olahraga, atau ketidakmampuan untuk menggunakan lahan menjadi sebuah tempat parkir, atau uang yang bisa didapat dari menjual lahan tersebut, atau kerugian dari penggunaan-pengguaan lainnya yang beragam – tapi bukan merupakan agregat dari semuanya (ditotalkan). Biaya peluang yang sebenarnya, merupakan keuntungan yang akan hilang dalam jumlah terbesar diantara alternatif-alternatif yang telah disebutkan tadi.

Satu pertanyaan yang muncul dari ini ialah bagaimana menghitung keuntungan dari alternatif yang tidak sama. Kita harus menentukan sebuah nilai uang yang dihubungkan dengan tiap alternatif untuk memfasilitasi pembandingan dan penghitungan biaya peluang, yang hasilnya lebih-kurang akan menyulitkan untuk dihitung, tergantung dari benda yang akan kita bandingkan. Contohnya, untuk keputusan-keputusan yang melibatkan dampak lingkungan, nilai uangnya sangat sulit untuk dihitung karena ketidakpastian ilmiah. Menilai kehidupan seorang manusia atau dampak ekonomi dari tumpahnya minyak di Alaska, akan melibatkan banyak pilihan subyektif dengan implikasi etisnya.

Penerapan ekonomi mikro

Ekonomi mikro yang diterapkan termasuk area besar belajar, banyak diantaranya menggambarkan metode dari yang lainnya. Regulasi dan organisasi industri mempelajari topik seperti masuk dan keluar dari firma, inovasi, aturan merek dagang.Hukum dan Ekonomi menerapkan prinsip ekonomi mikro ke pemilihan dan penguatan dari berkompetisi dengan rezim legal dan efisiensi relatifnya. Ekonomi Perburuhan mempelajari upah, kepegawaian, dan dinamika pasar buruh. Finansial publik (juga dikenal dengan ekonomi publik) mempelajari rancangan dari pajak pemerintah dan kebijakan pengeluaran dan efek ekonomi dari kebijakan-kebijakan tersebut (contohnya, program asuransi sosial). Ekonomi kesehatan mempelajari organisasi dari sistem kesehatan, termasuk peran dari pegawai kesehatan dan program asuransi kesehatan.

Politik ekonomi mempelajari peran dari institusi politik dalam menentukan keluarnya sebuah kebijakan. Ekonomi kependudukan, yang mempelajari tantangan yang dihadapi oleh kota-kota, seperti gepeng, polusi air dan udara, kemacetan lalu-lintas, dan kemiskinan, digambarkan dalam geografi kependudukan dan sosiologi. Finansial Ekonomi mempelajari topik seperti struktur dari portofolio yang optimal, rasio dari pengembalian ke modal, analisa ekonometri dari keamanan pengembalian, dan kebiasaan

finansial korporat. Bidang Sejarah ekonomi mempelajari evolusi dari ekonomi dan institusi ekonomi, menggunakan metode dan teknik dari bidang ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, psikologi dan ilmu politik.

Mekanisme harga dan Sistem Pasar

Semua anggota Masyarakat terlibat dalam dua sektor yaitu :

1. Sektor proses produksi

2. Sektor rumah tangga.

Transaksi antara kedua sektor tersebut terjadi di dua pasar :

1. Pasar hasil produksi (atau pasar output)

Di pasar output produsen bertemu konsumen dan harga dari berbagai macam barang ditentukan. Gerak harga-harga output ini memecahkan masalah WHAT.

2. Pasar faktor produksi (atau pasar input).

Di pasar input, sektor produksi berperan sebagai “konsumen” faktor produksi dan sektor rumah tangga sebagai “penjual” faktor produksi (karena semua penduduk tinggal di sektor rumah tangga, maka semua pemilik faktor produksi ada di sana). Harga berbagai faktor produksi ditentukan di pasar ini. Gerak harga faktor produksi mempunyai dua fungsi:

a. Memberi petunjuk kepada produsen bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor produksi agar biaya produksi serendah mungkin (masalah HOW).

b. Menunjukkan beberapa imbalan (per unit faktor produksi) yang diberikan kepada para pemilik faktor produksi (masalah FOR WHOM).

Perlu diperhatikan serta diingat di sini , adalah :

1. Bahwa mekanisme harga bisa memecahkan semua itu secara otomatis. Tidak ada perencanaan lebih dulu.

2. Masing-masing warga masyarakat bertindak sendiri-sendiri, tetapi hasil akhir dari semua tindakan-tindakan yang tidak terkoordinir itu akan membuat semrawutnya harga di pasaran.

Pemecahan tiga masalah ekonomi pokok dari masyarakat adalah adanya mekanisme pasar. Karena :

1. mekanisme ini bisa memecahkan ketiga masalah ekonomi pokok yang dihadapi masyarakat dengan biaya yang sangat murah.

2. Tidak perlu masyarakat menggaji birokrat-birokrat untuk menghitung dan merencanakan berapa masing-masing barang yang harus diproduksikan, bagaimana dan untuk siapa.

Pada masyarakat industri modern, proses produksi selalu dilakukan dengan menggunakan alat-alat, mesin dan barang-barang modal. Akibat tersebut menimbulkan :

1. Penggunaan Barang-barang modal dalam proses produksi menaikkan produktivitas.

2. Semakin banyak barang-barang modal yang digunakan maka akan semakin tinggi produktivitas masyarakat tersebut.

3. Barang-barang modal dalam masyarakat akan semakin banyak bila masyarakat tersebut tidak memakai habis (atau tidak mengkonsumsi seluruh) barang-barang hasil produksi yang dihasilkan tiap tahun.

4. Setiap aktivitas Produksi setiap tahunnya harus diarahkan pada produksi barang-barang modal;

5. Barang-barang ini disisihkan untuk ditambahkan pada stok barang-barang modal yang telah ada di dalam masyarakan atau di investasikan.

Mekanisme harga juga mampu memecahkan masalah penentuan berapa bagian dari hasil produksi total yang dikonsumsikan. Masalah ini dipecahkan melalui gerakan harga faktor produksi modal (kapital), yaitu tingkat bunga.

1. Bila tingkat bunga naik maka warga masyarakat akan bersedia menyisihkan lebih banyak dari penghasilannya untuk dipinjamkan (Ditabung di bank) kepada produsen-produksen ( Kredit ke bank) untuk memperluas pabrik-pabriknya, yaitu dengan penambahan barang-barang modal investasinya, karena mendapat imbalan berupa bunga yang lebih tinggi.

2. Sebaliknya bila tingkat bunga menurun maka warga masyarakat akan membelanjakan penghasilannya sebagai barang produktif, diperjual belikan.

* Ø Keberadaan tingkat bunga akan menentukan berapa besar konsumsi dan seberapa besarnya investasi.
* Ø karena besarnya investasi menentukan besarnya kenaikan produktivitas.
* Ø Kenaikan produktivitas; menentukan besarnya kenaikan prosuksi ini berarti meningkatkan produksi masyarakat yang menimbulkan kenaikan penghasilan masyarakat.

# Maka tingkat bunga menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sehingga bisa dikatakan bahwa mekanisme harga memecahkan masalah ekonomi pokok yang keempat yaitu seberapa cepat perekonomian akan tumbuh atau masalah HOW FAST

PERENCANAAN DAN MEKANISME HARGA

Mekanisme harga dikatakan mampu memecahkan semua permasalahan ekonomi. Namun untuk masalah-masalah ekonomi penting tertentu, Mekanisme harga tidak bisa memecahkan permasalahan dengan baik. Masalah-masalah Ekonomi lainya di mana mekanisme harga tidak memecahkan masalah ekonomi dengan baik yaitu :

a. Distribusi pendapatan.

Mekanisme harga tidak selalu bisa menjamin dipecahkannya masalah FOR WHOM secara “adil”.

b. Ketidaksempurnaan pasar

Apabila terdapat perbedaan yang menyolok dalam hal kekuatan ekonomi antara pihak-pihak yang bertransaksi di pasar, maka harga yang terbentuk tidak mencerminkan prioritas masyarakat secara wajar, sehingga masalah WHAT dan HOW tidak bisa dipecahkan dengan baik.

c. Barang-barang kolektif

Ada barang-barang yang hanya bisa disediakan secara kolektif oleh masyarakat (misalnya : keamanan, ketertiban hukum, beberapa macam infrastruktur dan sebagainya). Harga pasar bagi barang-barang semacam ini tidak ada, atau kalaupun ada tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya. Lagi, masalah WHAT untuk barang-barang ini tidak bisa dipecahkan dengan baik oleh mekanisme harga.

d. Eksternalitas

Mekanisme pasar tidak bisa memperhitungkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari kegiatan ekonomi ( misalnya, pengaruh suatu pabrik terhadap lingkungan ).

e. Pengelolaan perekonomian secara makro

Dalam perekonomian Makro Mekanis­me pasar tidak bisa diandalkan untuk menstabilkan gejolak naik turunnya kegiatan ekonomi nasional secara total.

Pada kelima bidang masalah ekonomi ini, mekanisme harga tidak bisa diharapkan menyelesaikan permasalahan ekonomi secara otomatis dengan baik, Di sini perlu tindakan-tindakan yang dirumuskan dan dijalankan secara sadar oleh masyarakat (Negara). Tindakan-tindakan ini disebut perencanaan dalam arti luas. Di luar bidang-bidang ini mekanisme masih efektif.. Dalam kenyataan mekanisme harga dan perencanaan digunakan bersama-sama, karena keduanya saling melengkapi. tentunya Dengan “porsi” yang berbeda-beda bagi masing-masing negara dan bagi waktu yang berbeda).

PERMINTAAN PASAR dan PERILAKU KONSUMEN

Sector rumah tangga sebagai konsumen di pasar output. Akan berakibat :

1. Perilaku konsumen dalam memutuskan berapa jumlah masing-masing barang yang akan dibeli dalam berbagai situasi.

2. Konsumen-konsumen secara bersama-sama menimbulkan permintaan di pasar.

PENDEKATAN – PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN

Hukum Permintaan, yang mengatakan bahwa “bila sesuatu barang naik maka ceteris paribus jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun”. Dan sebaliknya bila harga barang tersebut turun. Ceteris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah.

Pendekatan yang dinyatakan oleh Hukum Permintaan :

1. Pendekatan marginal utility, yang bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan (atau utility) setiap konsumen bisa diukur dengan uang atau dengan satuan lain (utility yang ber-sifat “cardinal”) seperti kita mengukur volume air, panjang jalan atau berat dari sekarung beras.
2. Pendekatan indifference curve, yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa kepuasan konsumen bisa diukur; anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat kepuasan konsu­men bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa me-ngatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah.

PENDEKATAN MARGINAL UTILITY

Perilaku konsumen bisa diterangkan dengan menggunakan pendekatan marginal utility sebagai berikut:

(a) Utility bisa diukur dengan uang, dan

(b) Hukum Gossen (law of diminishing marginal utility) berlaku, yaitu bahwa semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tam­bahan kepuasan (marginal utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun, dan

(c) Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.

Perhatikan perbedaan antara kepuasan total (total utility) dan kepuasan marjinal (marginal utility).

Pada Gambar 1 marginal utility diatas :

1. Dari konsumsi suatu barang X , Semakin banyak barang X yang dikonsumsikan, semakin kecil marginal utility yang diperoleh dari barang X yang terakhir dikonsumsikan [anggapan (b) di atas].

2. Bila harga barang X adalah OPx, maka pada tingkat konsumsi yang lebih rendah dari 0X 3, tingkat kepuasan total (total utility) konsumen belum mencapai maksimum. Misalnya pada tingkat konsumsi OX1, maka setiap tambahan pembelian 1 (satu) unit X akan memberikan tambahan kepuasan (yang dinilai dengan uang) sebesar X1 B sedangkan pengorbanan (berupa pembayaran harga) untuk 1 unit tersebut adalah hanya X1 A ( = OPx).

Jadi ada tambahan kepuasan netto sebesar AB bila konsumen membeli lebih banyak X. Oleh sebab itu masih menguntungkan baginya apabila ia menambah pembelian barang X.

3. Sebaliknya, pada tingkat konsumsi lebih besar dari OX 3 maka kepuasan total konsumen juga tidak maksimum. Misalnya pada imgkat konsumsi OX2, maka tambahan kepuasan yang diperoleh dari pembelian 1 (satu) unit terakhir dari barang X hanya sebesar X2E, sedangkan pengorbanan konsumen adalah sebesar X2D (= OPx); jadi

4. Akan menambah kepuasan total konsumen bila ia mengurangi tingkat konsumsi (pembeliannya). Konsumen akan mencapai kepuasan total yang maksimum pada tingkat konsumsi (pembelian) di mana pengorbanan untuk pembelian unit terakhir dari barang tersebut (yang tidak lain adalah harga unit terakhir tersebut) adalah sama dengan kepuasan tambahan yang didapatkan dari unit terakhir tersebut.

Kepuasan total maksimum tercapai bila :

Penjelasannya :

1. Bila seandainya harga barang X naik dari OPx menjadi OPx, maka untuk mencapai posisi kepuasan total yang maksimum (atau sering disebut posisi equilibrium konsumen), konsumen akan me-milih tingkat konsumsi (pembelian) sebesar OX4 (yang lebih kecil dari OX3). Jadi perilaku konsumen yang dinyatakan oleh Hukum Permintaan terbukti.

2. Perhatikan bahwa dengan pendekatan marginal utility ini, kurva Marginal Utility (yang diukur dengan uang) tidak lain adalah kurva permintaan konsumen, karena menunjukkan tingkat pembeliannya (atau jumlah yang ia minta) pada berbagai tingkat harga.

Untuk kasus di mana konsumen menghadapi beberapa macam barang yang dibeli, maka posisi equilibrium konsumen adalah :

1. Syarat ini bisa dicapai dengan anggapan bahwa konsumen mempunyai uang (atau penghasilan atau “budget” yang cukup untuk dibelanjakan untuk setiap barang sampai marginal utility setiap barang sama dengan harga masing-masing barang.

2. Bila kita menganggap suatu kasus yang lebih realistis di mana konsumen hanya mempunyai sejumlah uang yang tertentu yang tidak cukup untuk membeli barang-barang sampai pada tingkat MU = P untuk setiap barang, maka bisa dibuktikan bahwa dengan uang yang ter-batas tersebut ia bisa mencapai kepuasan total yang paling tinggi bila ia mengalokasikan pembelanjaannya sehingga dipenuhi persyaratan tersebut :

Syarat ini disebut equilibrium konsumen dengan constraint. (Yaitu dengan pembatasan jumlah uang yang dipunyai).

Dalam kasus banyak barang ini pun kita bisa menunjukkan bahwa Hukum Permintaan berlaku bagi masing-masing barang (X, Y,Z dan seterusnya).

PENDEKATAN INDIFFERENCE CURVE

Perilaku konsumen bisa pula diterangkan dengan pendekatan Indifference curve sebagai berikut:

(a) konsumen mempunyai pola preferensi akan baarang-barang konsumsi (misalnya X dan Y) yang bisa dinyatakan dalam bentuk indifference map atau kumpulan dari indifference curve,

(b) konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu dan

(c) konsumen lelalu berusaha mencapai kepuasan maksimum.

Definisi: Indifference curve adalah konsumsi (atau pembelian) barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama.

Asumsi: Indifference curve :

a. turun dari kiri atas ke kanan bawah,

b. cembung ke arah origin,

c. tidak saling memotong,

d. yang terletak di sebelah kanan atas menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi ( tanpa perlu menunjukkan berapa lebih tinggi, yaitu asumsi ordinal ulility)

http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/05.jpg

Perliatikan Gambar .2. di atas. Dengan sejumlah uang ter-tentu (M) konsumen bisa membelikannya semua untuk barang X

memperoleh sebanyak :M/Px atau membelikannya semua untuk barang Y dan memperoleh M/Py atau membelanjakan jumlah uang M tersebut untuk berbagai kemungkinan kombinasi X dan Y seperti yang ditunjukkan oleh garis lurus yang menghubungkan M/Px dan M/Py

Garis ini disebut garis budget atau budget line. Tingkat kepuasan yang maksimum dicapai bila konsumen membelanjakan M untuk membeli sebanyak OY 1 barang Y dan OX 1 barang X, yaitu pada posisi persinggungan antara budget line dengan indifference curve.

(Posisi ini menunjukkan posisi kepuasan yang maksimum atau posisi equilibrium konsumen dengan constraint (M) karena I 1 adalah Indifference curve yang tertinggi yang bisa dicapai oleh budget line tersebut; posisi selain A hanya bisa mencapai indifference curve yang lebih rendah dari I 1).

bila harga X turun dari Px menjadi P’x dan harga Y tetap. Maka budget line akan berayun ke kanan menjadi garis M/Py <-> M/Px Posisi equilibrium yang baru adalah pada C.

Jadi dengan adanya penurunan harga barang X, maka jumlah barang X yniig diminta naik dari OX 1 menjadi OX 3. Perilaku konsumen

Menurut Hukum Permintaan terbukti.

Keunggulan pendekatan Indifference Curve dibanding dengan pendekatan Marginal Utility, adalah :

(a) tidak perlunya menganggap Bahwa utility konsumen bersifat cardinal,

(b) efek perubahan harga terhadap jumlah yang diminta bisa dipecah lebih lanjut menjadi dua, yaitu efek substitusi atau substitution effect dan efek pendapatan atau income effect. Dari gambar di atas, efek total dari penurunan harga :

* · barang X dari Px menjadi P’x dapat dipecah menjadi X1 X2 = substitution effect dan X2 X3 = income effect.
* · Substitution effect didalam contoh ini adalah kenaikan konsumsi X karena adanya substitusi Y dengan X, karena sekarang harga X relatif menjadi lebih rendah dibanding harga Y.
* · Income effect adalah kenaikan X, yang (disebabkan oleh kenaikan income riil karena turunnya harga X; yaitu nilai M secara riil naik karena Px turun.

Contoh : Apabila dengan gaji Doni Rp 100.000,00, maka doni sekarang bisa membeli 500 kg beras sedang sebelumnya hanya 400 kg beras, karena harga beras turun dari Rp 500,00 menjadi Rp 400,00 per kg, maka daya beli Doni meningkat, atau income riil Doni meningkat, meskipun M Doni tetap Rp 100.000,00).

Keunggulan lain dari pendekatan indifference curve adalah bisa ditunjukkannya beberapa faktor lain yang sangat penting yang mempengaruhi permintaan konsumen akan sesuatu barang. Faktor-faktor ini (yang di dalam Hukum Permintaan dianggap tidak berubah, atau ceteris paribus) adalah :

a. Penghasilan atau income riil konsumen. Kenaikan income riil konsumen, yang dicerminkan oleh kenaikan M bila harga-harga barang dianggap tetap, biasanya menaikkan permintaan konsumen. Keadaan seperti ini berlaku bagi barang-barang pada umumnya, atau barang “normal”. Pengecualian terjadi untuk barang-barang “inferior”, di mana kenaikan income riil menurunkan permintaan akan barang tersebut (income effect negatif). Contoh barang inferior adalah gaplek dari rumah tangga-rumah tangga di kota-kota. Barang inferior tidak banyak jumlahnya. Kebanyakan barang yang kita beli adalah barang normal. Gambar berikut menggambarkan pengaruh perubahan income terhadap jumlah barang yang diminta.

b. Perubahan harga barang lain. Perubahan harga barang yang mempunyai “hubungan” ekat dengan suatu barang bisa pula mempengaruhi permintaan akan barang tersebut. Perubahan liarga Y bisa mempengaruhi permintaan akan barang X. Gambar 111.4. berikut enunjukkan dua pengaruh yang berbeda dari perubahan harga Y terhadap jumlah barang X yang diminta.

c. Selera konsumen. Perubahan selera konsumen bisa ditunjuk-k;in oleh perubahan bentuk atau posisi dari indifference map. I anpa ada perubahan harga barang-barang maupun income, permintaan akan sesuatu barang bisa berubah karena perubah­an selera.

* Ø Permintaan (demand function) adalah : Jumlah suatu barang yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada pelbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu dengan anggapan hal-hal lain akan tetap sama ( Cateris Paribus)
* Ø Penawaran adalah : Jumlah dari suatu barang tertentu yang mau dijual pada pelbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu (cateris paribus)

Hukum Permintaan

Kurve permintaan untuk pelbagai macam barang dan jasa tidak semuanya tepat sama. Bahkan kurve permintaan akan barang yang sama pun dapat berbeda menurut tempat dan waktu yang berbeda. Tetapi semua kurve permintaan menunjukkan satu ciri yang sama, yaitu arahnya yang turun dan kiri-atas ke kanan-bawah (downward sloping to the right). Bentuk kurve mi menunjukkan bahwa antara HARGA (P) dan JUMLAH YANG MAU DIBELT (Qd) terdapat suatu hubungan yang berbalikan:

- Kalau harga naik, jumlah yang mau dibeli berkurang

- Kalau harga turun, jumlah yang mau dibeli bertambah

Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Permintaan, yang dapat dirumuskan sbb.: Orang cenderung membeli lebih banyakpada harga rendah daripadapada harga tinggi. Disehut “hukum” karena merupakan gejala umum yang sulit dicari perkecualiannya.

Hal ini terjadi karenaHukum permintaan menunjuk pada fakta bahwa, kalau harga suatu barang/jasa naik, jumlah yang akan dibeli cenderung menjadi Iebih sedikit, sedang kalau harganya turun, jumlah yang mau dibeli oleh masyarakat akan lebih banyak. Sekarang kita her- tanya: mengapa terjadi demikian? Apa sebabnyajumlah yang mau dibeli berkurang bila harga barang itu naik, dan bertambah bila harganya turun? Pada dasarnya ada tiga alasan yang dapat menjelaskan gejala tsb.:

I. Pengaruh penghasilan (Income effect)

Kalau harga suatu barang naik, maka denganjumlah penghasilan uang yang sama orang terpaksa hanya dapat membeli barang lebih sedikit. Sebaliknyajika harga barang tu turun, dengan penghasilan yang sama orang dapat membeli lebih banyak dan barang ybs., (dan mungkinjuga dan barang-barang lain pula), sebab penghasilan realnya naik.

Misalnya datam contoh di atas: pada harga beras Rp 400-/kg, keluarga ybs. dapat membeli 50kg beras perbulan. Tetapi kalau harga beras naik menjadi Rp 500, 1kg, denganjumlah uang yang sama rncrcka hanya dapat membeli 40 kg beras per bulan.

Hal yang sama berlaku tidak hanya untuk permintaan individual tetapi juga untuk permintaan pasar. Kalau harga suatu barang naik (ceteris paribus), Iebih sedikit warga masyarakat yang mampu membelinya dengan penghasilan mereka. Sebaliknya jika harga barang tertentu turun (ceteris paribus), semakin banyak orang yang dulu tidak mampu membelinya sekarang akan dapat menjangkaunya, sehingga jumlah pembeli bertambah banyak. Hal mi disebut “income effect’:

2. Pengarub substitusi (Substitution effect)

Jika harga suatu barang naik, orang akan mencari barang lain yang fungsinya sama tetapi harganya lebih murah. Penggantian mi dengan istilah teknis disebut substitusi. Maka gejala mi disebut “substitution effect”.

3. Penghargaan subyektif (Marginal Utility)

Andaikan seseorang hanya mernpunyai satu pasang sepatu saja. Maka ia akan menilai sepatunya itu lebih tinggi daripada scandainya ia mempunyai sepuluh pasang. Kalau sepatunya itu rusak ia akan bersedia mengeluarkan uang untuk membeli sepasang sepatu yang barn, walau harganya mahal. Sebaliknya kalau orang mempunyai sepuluh pasang sepatu, ia tidak akan merasa kerugian besar kalau kehilangan satu pasang sepatu, dan ia tidak begitu bersedia mengeluarkan uang untuk membeli sepatu lebih banyak lagi. Jadi makin banyak dan satu macam barang tertentu yang telah dimiliki, makin rendah penghargaan kita terhadap barang itu.

Tinggi-rendahnya harga yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk barang tertentu mencerminkan kegunaan atau kepuasan (Marginal) yang diperolehnya dan konsumsi barang tsb. Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Semakin Berkurangnya Tambahan Kepuasan (Law of Diminishing Marginal Utility — LDMU), atau Hukum Gossen ke-I.

> Persamaan fungsi permintaan

Antara HARGA (P) suatu barang dan JUMLAH yang mau dibeli (Qd) ternyata ada hubungan fungsional yang kurang-lebih tetap. Dikatakan jumlah yang mau dibeli merupakan fungsi dan harga. artinya: besar-kecilnya Qd tergantung dan tinggi-rendahnya P. Hubungan tersebut secara matematik dapat dinyatakan dalam bentuk sebuah persamaan, yang bila dilukiskan dalam grafik menjadi kurve permintaan.

Kehanyakan kurve perrnintaan berbentuk garis melengkung yang menyerupai hentuk hiperbola. BeHtuk umurn persamaan hiperbola adalah:

a

y = — + b

x

Tetapi untuk rnenyederhanakan, garis rnelengkung di daerah yang penting dapat “didekati” dengan garis lurus. Bentuk umum persamaan garis lurus adalah:

y = mx + b

dimana untuk kurve perrnintaan koefisien arahnya (rn = gradien) bertanda negatif.

Sebagai contoh. dalam Gambar 1.3 dilukiskan dua bentuk kurve permintaan, yaitu:

D : P = 200 — 2,5 Q (garis lurus)

D: P= 200 + 50 (garis melengkung)

Q

Dalam kenyataannya tidaklah mudah untuk memastikan bentuk dan letak kurve permintaan akan suatu barang. Bagairnana tepatnya kurve perrnintaan dan persamaannya hanya dapat dipastikan atas dasarpenelitian pasar dengan bantuan Statistika. Dan hcrbagai tempat dan pada pelbagai waktu harus dikumpulkan informasi herapajumlah dan barang tertentu yang mau dibeli oleh masyarakat pada pelbagai tingkat harga. Informasi yang diperoleh belum tentu menghasilkan sebuah kurve permintaan yang “bagus” seperti dalam contoh di atas. Tetapi dengan bantuan matematika dapat dihitung garis rata-rata (garis regresi, dan diagram tebar) yang dapat “mendekati” (mencerminkan) keadaan nyata.


1.2. PERUBAHAN DALAM PERMINTAAN

Inti dan pengertian permintaan yang dibicarakan sarnpai sekarang adalah hubungan antara HARGA suatu barang/jasa dan JUMLAH YANG DIMINTA j ika P naik, Qd herkurang; sebaliknyajika P turun, Q1 akan bertambah: Q, herubuh sebagaiAKlBATa’ari perubahan P. Dalam kurve permintaan hubungan tsb. kelihatan dan arah kurve yang turun ke kanan-bawah: jika harga barang turun, akibatnyajumlah yang mau dibeli bertambah, dan kita berjalan dan titik yang satu ke titik yang lain pada kurvc permintaan yang sama seperti telah digambarkan itu.

Tetapi kenyataannya dapat teijadi bahwa ada perubahan dalam jumlah yang diminta tanpa ada perubahan harga. Mungkin juga ada perubahan harga, tetapi tidak diikuti oleh perubahan dalam jumlah yang mau dibeli. Dalam hal mi kombinasi dan P dan Q semula ternyata sudah tidak berlaku dan dikatakan ada perubahan dalarn permintaan (change in Demand). Bagaimana hal itu dapat terjadi?

Ceteris Paribus

Daftar permintaan akan barang tertentu, dan kurve permintaan yang dibuat atas dasar daftar tsb. selalu disusun dengan anggapan ‘ceteris paribus’. Maksudnya ialah:

dan berbagai faktor yang inungkin dapat mempengaruhi permintaan masyarakat akan suatu barang, kita hanya memperhatikan huhungan antara jumlah yang diminta dan harga barang ybs. Semua faktor lain yang mungkin ikut mempengaruhi jumlah yang mau dibeli itu untuk sementara waktu tidak diperhatikan dulu, atau dianggap konstan, tidak berubah.

Apa yang dianggap sama?

Faktor-faktor lain (selain harga barang ybs.) yang ikut mempengaruhi permintaan masyarakat akan suatu barang, (tetapi tidaklbelum diperhatikan karena dianggap sama atau tidak berpengaruh) adalah:

1. Jumlah pembeli/konsumen

2. Besarnya penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan

3. Harga barang-barang lain

4. Pengaruh musim, mode, selera, kebiasaan, perubahan jaman, pengaruh lingkungan

5. Harapan atau pandangan orang tentang masa depan.

Dalam kenyataan jelas hal-hal tsh. tidak selalu sama atau konstan. Maka apa yang terjadi jika satu atau lebih dan faktor-faktor tsb. berubah?

Jika ada perubahan dalam salah satu atau lebih dan faktor tsb., maka seluruh permintaan, yaitu kombinasi dan [harga sekian; jumlah yang mau dibeli sekian] akan berubah juga. Jika digambarkan dalam grafik, seluruh kurve permintaan akan bergeser menjadi kurve permintaan yang baru, yang berbeda dan yang semula.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan:

1. Jumlah pembeli: jika jumlah pembeli suatu barang tertentu bertambah, maka pada harga yang sama jumlah yang man diheli hcrtamhah hanyak juga. dan kurve permintaan akan bergeser ke kanan. Hal mi dapat terjadi misalnya karena pertambahan penduduk, perbaikan transport sehingga barang tertentu dapat terjual di daerah lain pula, berhasilnya usaha promosi/perikianan, dsb. Misalnya pada awal tahun pelajaran baru permintaan akan alat-alat tulis tentu bertambah.

2. Besar penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan jelas berpcngaruh sekali terhadap permintaan. Dan penghasilan yang lebih tinggi orang akan dapat membeli lebih banyak dan segala macam barang dan jasa.

Dalam hal mi hanya ada satu perkecualian, yaitu yang disebut inferior goods (atau juga disebut “Giffen goods”), yaitu barang-barang yang permintaannyajustru berkurang bila penghasilan konsumen naik. Misalnya orang miskin, yang terpaksa hanya makan gaplek atau jagung, dengan naiknya penghasilan akan menggantikan gaplek dengan nasi, sehingga permintaan akan gaplek/jagung berkurang. Semua barang lain disebut ‘normal goods’ artinya barang yang pemiintaannya naik apabila pendapatan konsumen naik.

Pengaruh perubahan penghasilan terhadap permintaan akan suatu barang dapat diukur dan diperhitungkan, dengan jalan membandingkan persentase kenaikan jumlah yang diminta dengan persentase kenaikan penghasilan konsumen. mi disebut elastisitas pendapatan.

3. Harga barang-barang lain ikut mempengaruhi permintaan. Apakah kenaikan harga barang lain itu memperbesar atau justru memperkecil perrnintaan masyarakat akan suatu barang tertentu itu tergantung apakah barang lain itu barang pelengkap (= komplementer), barang pengganti (= substitut) atau barang lepas (= independent! netral).

> Barang pelengkap (komplementer)

Misalnya sepeda motor, bensin dan oli saling melengkapi. Jika harga sepeda motor turun, maka jumlah sepeda motor yang diininta akan bertambah. Akibatnya permintaan akan bensin bertambah pula. Demikian pula permintaan akan oil ikut bertambahjuga.

> Barang pengganti (substitut)

Misalnya kopi dan teh, rokok merk yang satu dan merk yang lain, kereta api dan bis malam, bis dan colt itu dapat saling mengganti. Kalau harga karcis kereta api naik, lebih banyak orang akan naik bis. Jadi bila harga barang yang satu naik,jumlah yang diminta dan barang tersebut akan berkurang, tetapi jumlah yang diminta dan barang substitutnya justru akan bertambah.

> Barang lepas (independent)

Barang independent adalah barang yang tidak ada hubungan atau pengaruh timbal-balik satu sama lain. Apabila harga barang lain itu naik, mungkin pendapatan real berkurang (= ada income effect) dan hal mi secara tidak Iangsung dapat berpengaruh terhadap jumhah barang/jasa yang diminta.

4. Musim, selera, mode, kebiasaan, perubahan jaman, Iingkungan sosial juga berpengaruh terhadap permintaan. Misalnya permintaan akan payung pada awalmusim hujan. Terutama mode pakaian dapat berubah dalam waktu singkat. Kemajuan zaman dapat menyebabkan bahwa harang yang dulu dipandang sebagai barang mewah (radio, kaset, walk-man, komputer,jam tangan, sepeda motor, TV, dsb.) lama-kelamaan menjadi barang yang biasa.

5. Harapan/pandangan tentang masa yang akan datang dan faktor-faktor psikologis lainnya dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang mendadak dalam

permintaan masyarakat. Misalnya desas-desus atau rasa takut bahwa harga-harga akan naik mendorong orang untuk segera membeli banyak (sebelum harga naik) sehingga jumlah yang diminta akan naik pada harga yang sama.

Jadi akibat dan perubahan dalam salah satu atau lehih dan faktortsb. di atas ialah:

suatu kombinasi yang baru antara harga dan jumlah yang mau dibeli; berarti bahwa seluruh permintaan berubah. Jika perubahan dalam permintaan tsb. di atas digambarkan dalam grafik, kurve permintaan semula “bergeser” ke kanan atau ke kin menjadi kurve permintaan yang baru.

Pergeseran kurve permintaan

Bila permintaan bertambah, maka kurve permintaan bergeser ke kanan-atas seperti pada gambar dibawah Artinya:

— Para konsumen mau membeli lebih banyak dan suatu harang tertentu pada tingkat harga yang berlaku. Misalnya pada harga Rp 1.000,- jumlah yang diminta bertambah dan 5 menjadi 8 satuan (dan titik A —> E).

— Jumlah barang yang mau dibeli sama, meskipun harga barang telah naik. Misainya harga naik dan Rp 1 .000,- menjadi Rp 2.000,- tetapi jurnlah yang mau dibeli tetap 5 satuan (dan A —> C).

Perubahan Dalam Penawaran

* Ø Kurve Penawaran Tertentu selalu digambarkan dengan Anggapan “ Cateris Paribus “ (bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah )
* Ø Yang dianggap sama Dalam Hal ini :

1. Jumlah Produsen di Pasar

> Jika jumlah Produksen Bertambah, penawaran total juga akan bertambah , pada tingkat harga yang berlaku, lebih banyak barang/ jasa yang ditawarkan untuk dijual di pasaran. Atau kalau harga pasar turun karena persaingan antara produksen tsb, jumlah yang sama mau dijual juga meskipun pada harga yang lebih rendah.

2. Harga Faktor-Faktor Produksi

>>Bersama dengan Tehnik Produkssi, Harga Faktor-Faktor Produksi merupakan input dalam proses produksi, menentukan biaya produksi. Misalnya jika harga bahan baku turun, maka produksen :

- dapat menjual (menghasilkan) lebih banyak pada tingkat harga yang sama dan /atau.

- dapat menghasilkan dan menjual jumlah yang sama pada harga yang lebih rendah, ini berarti penawaran bertambah dan kurve supply bergeser ke kanan kebawah.

Sebaliknya jika harga bahan-bahan dan input-input lainnya naik, sehingga biaya produksi bertambah, maka :

- Jumlah barang yang sama hanya akan dijual pada harga lebih tinggi

- Pada tingkat harga yang sama jumlah yang ditawarkan lebih sedikit.

Ini berarti penawaran berkurang, dan kurve supply bergeser ke kiri atas. Lihat kurve B

3. Harga Barang-barang Lain :

Jika berubah, penawaran barang tertentu mungkin bertambah, mungkin berkurang, tergantung jenis barang dan hubungannya satu sama lain (barang pengganti, barang pelengkap atau barang lepas.

4. Harapan atau perkiraan para produksen/penjual tentang masa yang akan datang.

a. Jika diperkirakan harga akan naik, apakah para penjual segera akan menjual seluruh persediannya ? (Jawab : Tidak, bahkan sebaliknya, banyak yang akan menahan barangnya, menunggu kenaikan harga < dan akibatnya harga memang akan naik >

b. Jika diperkirakan harga akan Turun, apakah para penjual tidak akan menjual seluruh persediannya ? (Jawab : Tidak, bahkan sebaliknya, banyak yang akan menjual semua barang persediannya selama harga belum merosot < dan akibatnya harga memang akan merosot/turun >

* Harga Pasar

- Jumlah yang mau dibeli di tunjukkan dengan Q d

- Jumlah yang mau dijual di tunjukkan dengan Q s

- Berbagai kemungkinan harga di tunjukkan dengan P

* · Pengertian Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual beli barang.
* · Pengertian Pasar dalam ilmu ekonomi lebih luas lagi yaitu Pasar mencakup keseluruhan permintaan dan penawaran, seluruh kontak antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa. Setiap barang yang diperjual belikan ada pasarnya. Contoh : ada pasar ikan, tetapi juga ada pasar rokok kretek, pasar tekstil, pasar modal dan pasar tenaga kerja.
* · Fungsi Pasar adalah : sebagai mata rantai yang mempertemukan penjual yang mempunyai barang dan menginginkan uang, dengan pembeli yang mempunyai uang dan menginginkan barang. Penjual dan pembeli tidak bertemu muka , tetapi dapat juga melalui surat atau telepon.
* Ø Pasar Sempurna adalah apabila semua pihak di pasar tersebut mengetahui seluruh keadaan pasar yaitu : harga-harga yang berlaku, jumlah-jumlah yang ditawarkan.
* Ø Pasar Persaingan Sempurna terjadi apabila jumlah pembeli lebih banyak dan jumlah penjual juga lebih banyak, yang semuanya menawarkan barang yang sifatnya sama atau homogen. Misalnya barang jenis tertentu contoh ikan lele, karena jumlah penjual banyak dimana masing-masing menawarkan sebagian kecil saja dari suplai total, maka tidak ada penjual atau pembeli yang seorang diri mempengaruhi harga, bila jumlah penjual dan pembeli yang bertemu di pasar banyak dan terdapat koordinasi yang baik diantara mereka, untuk satu macam barang akan terjadi satu harga. Yaitu harga pasar.
o Ø Harga Keseimbangan

Untuk mengerti bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama menentukan harga pasar, sebagai contoh kita pelajari terbentuknya harga gula kelapa. Dalam masyarakat kita gula kelapa banyak pembelinya dan juga banyak produsen/penjualnya (= bentuk pasar persaingan).

Dalam tabel di bawah mi dikumpulkan hasil pengamatan pasar, yaitu berapa kg gula kelapa yang mau dibel i (Q1) dan berapa kg yang mau dij ual (Q) pada berbagai harga (di daerah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu minggu atau satu bulan).

Tabel

Permintaan dan Penawaran Bawang Putih

Angka-angka dan tabel dapat juga digambarkan dalam bentuk sebuah diagram. Karena mengenai barang yang sama, makajumlah yang mau dibeli (D) dan jumlah yang mau dijual (•) dapat digambarkan dalam satu diagram.

Dan gambar segera tampak bahwa

— pada harga pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya mau membeli sedikit;

— pada harga rendah, para pembeli ingin membeli banyak, tetapi para penjual hanya mau menjual sedikit.

Maka berapakah harga gula kelapa yang akhirnya akan terjadi? Atau dengan kata lain: dan berbagai kemungkinan harga yang tercantum dalam daftar di atas, harga yang manakah yang akan berlaku di pasaran?

Jawabannya ialah: dalam “interaksi” dan tawar menawar antara para pembeli (yang membutuhkan barang dan bersedia membayar uang untuk memperolehnya, diringkas Demand) dan para penjual (yang telah mengeluarkan biaya untuk menghasilkan barang dan mau menjualnya dengan harga tertentu, ringkasnya Supply) akhirnya akan terbentuk satu harga tertentu, yaitu harga dimanajumlah yang mau dibeli (Qd) sama dengan jumlah yang mau dijual (Q). Harga inilah yang disebut harga pasar atau harga keseimbangan (Equilibrium price). Hal ini dengan mudah dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.

Keterangan Gambar .

Konfrontasi antara permintaan dan penawaran Bawang Putih

Penjelasan :

a. Pada Posisi Harga Rp 1000,-/kg

Apakah harga Rp 1000,-/kg dapat terjadi? Dapat! Sebab memang ada beherapa icmbeli yang bersedia membayar harga setinggi itu. Apakah harga Rp l000.-!kg akan inenjadi harga pasar yang umum berlaku? Tidak! Mengapa tidak? Karena pada harga kp l000,-/kg para penjual mau menjual 11.000 kg. Tetapi pada harga itu para pembeli Iianya mau membeli 5.000 kg!minggu. Jadi ada kelebihan (= surplus) sebanyak 6000 kg yang tak terjual. Supaya barangnya laku (supaya tak perlu disimpan lama, atau (lihawa pulang, supaya uangnya segera kembali, dli.) tentu akan ada penjual yang bersedia menurunkan harga dan menjual barangnya dengan harga yang Iebih rendah. Oleh karena itu harga Rp 1 000,-/kg tidak akan menjadi harga yang berlaku umum di pasaran.

Situasi seperti ini dengan istilah teknis disebut ‘buyers market’ (pasar dikuasai oleh para pembeli). Para pembeli yang merupakan pihak yang kuat, para penjual berada di pihak yang lemah; mereka mencani-cari pembeli dan untuk itu bersedia menurunkan harga — hal mana inenguntungkan bagi pembeli.

b. Pada posisi harga jual Rp 400,- per kg

Sekarang kita teliti harga Rp 400,-/kg. Apakah harga mi bisa menjadi harga pasar Yang berlaku umum? Tidak! Sebab pada harga itu pmbeli mau membeli sebanyak I .000 kg gula per minggu (Qd = 11.000). Tetapi para penjual hanya menyediakan ft 000 kg saja (Qs = 6.000). Jadi ada kekurangan supply (= shortage) sehanyak 5.000 kg/minggu. Dalam situasi mi jelas ada konsumen yang tidak mcndapatkan gula sehanyak yang diinginkan. Maka tentu akan ada pembeli yang berani/ bersedia membayar Iiaiga Icbih tinggi. Oleh karena itu harga Rp 400,-/kg tidak bisa menjadi harga pasar yang berlaku umum. dan kalaupun terjadi jual-beli dengan harga itu, pasti tidak bisa tahan lama.

Siluasi pasar ini disehut ‘sellers market’: para penjuallah yang menguasai pasara, sedang para pemheli di pihak yang lemah. Untuk mendapatkan barang, para pembeli bersedia menaikan harga belinya, yang akan menguntungkan para penjual.

Harga Rp 600,- per kg

Pada harga Rp 600,-/kg — dan hanya pada harga ini —jumlah yang mau dibeli (Qd = 8.000 kg/minggu) danjumlah yang rnau dijual (Qs = 8.000 kg/minggu) tepat sama, tidak ada kekurangan dan tak ada kelebihan. Jadi pada harga mi semua pihak mendapat apa yang diinginkan, dan tidak ada alasan untuk menaikkan/menurunkan harga lagi (ceteris parihus). Maka harga Rp 600,- mi disebut harga keseimbangan (Equilibrium price). yaitu harga yang menyeirnbangkan Permintaan dan Penawaran, atau P dimana Qd=Qs.

Kurve Permintaan dan Penawaran

Hal yang sarna dapat juga dianalisis dengan mempergunakan kurve. Untuk itu Gambar 1-8 di atas tadi dilukiskan kembali dalam bentuk kurve permintaan dan penawaran. Lihat gambar 1-9, di mana kurve D dan kurve S dilukiskan pada diagram yang sama. Jumlah (baik Qd maupun Qs) diukur pada sumbu horisontal (sumbu X), sedang harga per satuan diukur pada sumbu tegak (sumbu Y). Perpotongan kedua kurve tsb. menunjukkan harga keseimbangan: pada harga Rp 600,-/kg, maka Qd = Qs = 8.000 kg/minggu.

Keterangan Gambar Harga keseimbangan.

Kurve Permintaan (D) turun ke kanan-bawah. Kurve Penawaran (S) naik ke kanan-atas. Perpotongan kurve D dun kurve S inenunjukkan harga keseimbangan, yaitu P Rp 600/kg. Pada harga itun jumlah yang diperjualbelikan Q = 8.000 kg/minggu.

Pada harga lebih tinggi, daripada harga keseimbangan tsb., ada surplus hurang yang tak lequal; supaya harangnya laku, para penjual terdorong untuk inenurunkan harga jual sa. Sehaliknya jada harga lebih rendah daripada Rji 600/kg, adanya kekurangan bawang putih akan mendorong pembeli menawar harga yang Iebth tinggi.

Dan grafik segera tampak bahwa pada semua harga yang lebih tinggi daripada liarga keseimbangan (pada P>600), maka > q berarti ada surplus. Surplus mi akan mendorong para penjual untuk menurunkan harga jualnya. Pada harga yang lebih rendah itu, para penjual akan mengurangi jumlah yang ditawarkan (= hiikum penawaran). .lika harga diturunkan, para pembeli akan bersedia membeli lehih banyak atau Qd hertambah (hukum permintaan). Proses mi berjalan terus sampai surplus tsb. hilang. .ladi misalnya apakah harga Rp 800/kg bisa terjadi? Bisa! Apakah harga Rp 800 akan dapat tahan larna? Tidak! Sehab pada harga Rp 800/kg itu Q > Q. berarti masih tetap ada surplus/kelebihan supply.

Demikian pula pada seniua harga lebih rendah daripada harga kesei mbangan (pada P <600), maka Q1> Q ,jadi ada kekurangan supply (Shortage). Kekurangan tsb. akan inendorong para pembeli untuk menawar dengan harga lebih tinggi, agar rnendapatkan gula sebanyak dibutuhkan. Jika harga dinaikkan, maka Qs akan bertambah dan Qd akan herkurang. sampai tercapai keseimbangan. Jadi misalnya harga Rp 400/kg, apakah akan bisa tahan lama? Tidak! Sebab pada harga itu Q < Q. Ceklah sendiri untuk harga Rp 1000 dan Rp 200. Satu-satunya harga yang dapattahan lama ialah harga dirnana Q1 = Q. Hanya pada harga itu tak ada kecenderungan menaikkan/menurunkan harga atau untuk menambah/ incngurangi jumlah. Maka harga Rp 600 adalah harga keseimbangan (Equilibrium price). Secara matematika Hal yang sama dapat juga dirumuskan dalarn bahasa matematika. Kenyataannya kurve D dan kurve S biasanya berbentuk garis melengkung (hiperholalparabola). [elapi untuk menyederhanakan, dapat didekati dengan garis-garis lurus di daerah Nlrategisnya. Misalnya kurve D dan gambar harga keseimbangan diatas dapat didekati dengan garis lurus P = 1400 — 0,075 Q atau P = 1200 0,1 Qd Sedang kurve S dapat didekati dengan paris P = —200 + 0,1 Q. Contoh: Pemintaan dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi (persamaan) yang menunjukkin liuhungan antara harga barang (P) dan jumlah yang mau dibeli (Q1). Rumus urnum iiiitiik fungsi permmntaan yang berbentuk garis lurus adalah: P = a mQ. Misalnya P = 80 0,5 Q. Ieiiawaran pun dapat dinyatakan sebagai fungsi (persamaan) yang menunjukkan hubungan antara harga barang (P) dan jumlah yang mau dijual (Q). Rumus umum untuk fungsi penawaran yang berbentuk garis lurus adalah: P = a + mQ. Misalnya: P = 20 + 0,5 Q. Ditanyakan: Berapakah harga keseimbangan. Hitunglah dan lukiskan kurvenya. Perpotongan kurve P dan kurve S menunjukkan harga keseimbangan, dimana Qd = Qv. Perhatikan bahwa hasil perhitungan dan titik potong dalam grafik harus cocok. Proses penyesuaian Harga keseimbangan merupakan “persesuaian” antara keinginan pembeli dan keinginan penjual, sehingga masing-masing pihak mendapat apa yang diinginkan, tanpa adanya kekurangan/kejebihan Harga keseimbangan tidak selalu tercapai. mi ternyata dan adanya persediaan barang-barang yang bertumpuk di gudang karena tak laku terjual, atau dan kekurangan barang yang sering terjadi. Untuk menyamakan permintaan dan penawaran diperlukan suatu proses penyesuaian, yang biasanya memerlukan waktu (mungkin waktu yang cukup lama). Bila proses mi digambarkan dalam kurve, akan kelihatan seperti sarang labah-lahah. Sebagai contoh lihatlah gambar dibawah ini. Keterangan Gambar Proses Penyesuaian. Pada P = 400, jumlah Qv = 50. Tetapi pada harga ini Qd hanya 10. jumlah Qs = 50 hanya akan mau dibeli konsumen dengan harga P = 100. Pada P = 100, Qd memang 50. tempat Qs hanya 15. jadi ada kekurangan, dan harga akan naik. Untuk memperoleh jumlah sebanyak Q = 15 para pembeli bersedia membayar P = 330. Pada P = 330, Q.s = 45. Tetapi Qs ,sebesar 45 hanya akan dapat laku pada harga P = 130. Demikian seterusnya sampai akhirnya tercapai P = 200 dan Qd Q,s = 30. Contoh lain untuk mengetahui bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama menentukan harga pasar, dapat dilihat sebagai berikut :
I. Hakikat Jasa
A. Industri Jasa Ada Di Mana-mana
Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu.
B. Kategori Bauran Jasa
1. Barang berwujud murni- tawaran terutama terdiri atasbarang berwujud seperti sabun, pasta gigi, atau garam.
2. Barang berwujud yang disertai jasa- tawaran terdiri atas barang berwujud yang disertai oleh satu atau beberapa jasa.
3. Campuran- Tawaran terdiri atas barang dan jasa dengan bagian yang sama.
4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa yang sangat kecil- Tawaran terdiri atas jaasa utama bersama jasa tambahan atau barang pendukung.
5. Jasa murni- Tawaran terdiri atas jasa.
C. Karakteristik Jasa yang Mencolok
1. Tidak Berwujud. Berbeda dari produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum dibeli.
2. Tidak Terpisahkan. Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.
3. Bervariasi. Karena bergantung pada siapa memberikannya serta kapan dan dimana diberikan jasa sangat bervariasi.
4. Tidak Tahan lama. Jasa tidak dapat disimpan.
Beberapa strategi untuk menghasilkan keselaran yang lebih baik antara permintaan dan penawaran dalam bisnis jasa. Pada sisi permintaan:
a. Penetapan harga yang berbeda
b. Permintaan pada masa tidak sibuk
c. Jasa pelengkap
d. Sistem pemesanan
Pada sisi penawaran:
a. Karyawan paruh waktu
b. Efisiensi jam sibuk
c. Peningkatan partisipasi konsumen
d. Berbagi
e. Fasilitas untuk perluasan pada masa mendatang.

II. Strategi pemasaran untuk Perusahaan Jasa
A. Pergeseran Hubungan Pelanggan
Pergeseran dari demokrasi ke mirotokrasi layanan pelanggan merupakan tanggapan terhadap margin laba yang lebih rendah, yang merupakan hasil dari pelanggan yang lebih terdorong harga dan kurang loyal.
Internet telah memberdayakan pelanggan dengan memungkinkan mereka meluapkan kemarahan terhadap layanan yang jelek atau memberi imbalan kepada jasa yang baik dan mendapatkan komentar mereka yang menyebar ke seluruh dunia dengan satu klikan mouse.
B. Pemasaran Holistik untuk Jasa
Pemasaran eksternal menggambarkan pekerjaan biasa untuk menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut kepada pelanggan. Pemasaran internal menggambarkan pekerjaan untuk melatih dan memotivasi karyawannya untuk melayani pelanggan dengan baik. Pemasaran interaktif menggambarkan kemampuan karyawan dalam melayani klien.

III. Mengelola Mutu Jasa
A. Harapan pelanggan
pelanggan menciptakan harapan-harapan layanan dari pengalaman masa lalu, cerita dari mulut ke mulut, dan iklan. Pelanggan membandingkan jasa yang dipersepsikan dengan jasa yang diharapakan. Lima kesenjangan yang mengakibatkan ketidakberhasilan penyerahan jasa:
1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen
2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi mutu jasa
3. Kesenjangan antara spesifikasi mutu jasa dan penyerahan jasa
4. Kesenjangan antara penyerahan jasa dan komunikasi eksternal
5. Kesenjangan antara persepsi jasa dan jasa yang diharapkan
Lima penentu mutu jasa:
1. Keandalan- kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan akurat.
2. Daya tanggap- kesediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
3. Jaminan- pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan.
4. Empati- kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masing-masing pelanggan.
5. Benda berwujud- penampilan fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan, dan bahan komunikasi.
B. Praktik Terbaik Manajemen Mutu jasa
1. Konsep Strategis. Perusahaan telah mengembangkan strategi khusus untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan pelanggan.
2. Komitmen Manajemen Puncak. Manajemen perusahaan tidak hanya memandang kinerja keuangan setiap bulan, tetapi juga kinerja layanan.
3. Standar yang Tinggi. Ada tiga level diferensiasi: (1) keandalan (reliability): ada pemasok yang lebih andal dalam pengiriman tepat waktu, penyelesaian pesanan, dan waktu siklus pesanan mereka. (2) pemulihan (resilence): ada pemasok yang lebih baik dalam menangani emergensi, penarikan produk, dan menjawab pertanyaan. (3) kemampuanh inovasi: beberapa pemasok menciptakan informasi yang lebih baik, memperkenalkan pembuatan bar code dan mencampur pallet, serta membantu pelanggan dengan cara lain.
4. Teknologi Swalayan (SSTS-Self Services Technologies). Tidak semua teknologi swalayan meningkatkan mutu layanan, tetapi alat tersebut memiliki potensi untuk membuat transaksi jasa untuk lebih akurat, nyaman dan cepat. Ketika memulai teknologi swalayan, beberapa perusahaan telah menemukan bahwa hambatan terbesar adalah bukan teknologi itu sendiri, melainkan meyakinkan pelanggan untuk menggunakannya.
5. Sistem Pemantauan. Perusahaan mengumpulkan pengukuran suara pelanggan (VOC- voice of costumer) untuk memeriksa hal-hal yang memuaskan dan mengecewakan pelanggan. Perusahaan menggunakan belanja perbandingan (comparison shopping), belanja samaran (ghost shopping), survei pelanggan, formulir saran dan keluhan, tim audit jasa, dan surat kepada direktur perusahaan.
Jasa dapat dinilai berdasarkan kepentingan pelanggan (costumer importance) dan kinerja perusahaan (company performance). Analisis kepentingan kinerja (importance- performance analysis) digunakan untuk menentukan peringkat berbagai elemen kumpulan jasa dan untuk mengidentifikasi tindakan apa saja yang diperlukan.
6. Memuaskan Keluhan Pelanggan. Pelanggan yang keluhannya diselesaikan dengan memuaskan sering menjadi lebih setia kepada perusahaan daripada pelanggan yang tidak pernah dipuaskan.
7. Memuaskan Karyawan dan juga Pelanggan. Perusahaan-perusahaan jasa yang unggul tahu bahwa sikap karyawan yang positif akan meningkatkan loyalitas pelanggan yang lebih kuat. Mereka harus merancang program pelatihan yang baik dan memberikan dukungan dan imbalan untuk kinerja yang baik.

IV. Mengelola Merek Jasa
A. Mendiferensiasi jasa
Tawaran jasa dapat didiferensiasi dengan beberapa cara. (1) Dapat berupa fitur yang inovatif. Apa yang diharapkan pelanggan disebut paket jasa preimer. (2) menambahkan fitur jasa sekunder ke dalam paketnya. (3) menambahkan unsur manusia guna melawan pesaing bisnis online. Tantangan diferensiasi adalah kebanyakan tawaran dan inovasi jasa sangat mudah ditiru. Selain itu, perusahaan yang secara teratur memperkenalkan inovasi akan mendapat keuanggulan sementara yang terus menerus atas para pesaingnya.
B. Menyusun Strategi merek Jasa
1. Pemilihan unsur Merek. Ketidakmampuan dilihat pada jasa dilihat pada jasa memiliki implikasi bagi pilihan unsur merek. Karena keputusan dan rancangan sering dibuat terpisah dari lokasi jasa senyatanya, ingatan atas merek menjadi penentu keberhasilan penjualan.
2. Penyusunan Dimensi Citra. Asosiasi atas organisasi seperti persepsi mengenai karyawan organisasi yang memberikan jasa cenderung menjadi asosiasi merek yang sangat penting yang mampu mempengaruhi evaluasi pelanggan atas mutu layanan secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu asosiasi yang penting ialah kredibilitas dan persepsi kepakaran, kemampuan dipercaya, dan kepantasan untuk disukai.
3. Merancang Strategi Pemerekan. Jasa juga harus memikirkan penyusunan hierarki merek dan portofolio merek yang memungkinkan positioning dan pembidikan sejumlah segmen pasar yang berbeda-beda. Kelas jasa dapat diberi merek secara vertikal berdasar harga dan mutu. Perluasan vertikal sering memerlukani strategi sub- pemerekan berupa nama perusahaan digabung dengan masing-masing nama merek atau pembatas definisi merek.

V. Mengelola Jasa Didukung Produk
A. Mengidentifikasi dan Memuaskan kebutuhan Pelanggan
Pelanggan memiliki tiga kekhawatiran khusus, yakni: (1) Khawatir dengan keandalan dan seringnya kegagalan. (2) Khawatir dengan lamanya kerusakan mesin. (3) khawatir dengan biaya sendiri untuk pemeliharaan dan perbaikan.
B. Strategi Jasa purna-Jual
Perusahaan-perusahaan yang berbasis produk harus menyediakan layanan purna pembelian. Untuk memberikan dukungan terbaik, produsen harus mengidentifikasi jasa-jasa yang paling dihargai pelanggan dan kepentingan relatifnya. Bauran jasa mencakup jasa pra-penjualan (jasa yang mempermudah dan yang meningkatkan nilai) dan jasa pasca-penjualan (departemen layanan pelanggan, layanan perbaikan dan pemeliharaan).

Selasa, 23 November 2010

0 Terkandung Makna Kegotongroyongan Ritual Pelepasan Babi di Danau Aco

Ratusan orang menyaksikan prosesi adat Pakaatn Sapiikng dan Nyahuq yang dilakukan oleh masyarakat adat Kampung Linggang Melapeh, Kecamatan Linggang Bigung, yang dilaksanakan di Danau Aco, Rabu (4/11). Upacara adat ini baru dua kali digeber selama terbentuknya Kabupaten Kutai Barat. Namun begitu telah ditetapkan sebagai acara tahunan yang dilaksanakan setiap November.

Sebenarnya adat seperti ini sudah ada dan dilakukan sejak nenek moyang terdahulu karena merupakan acara leluhur. Untuk itu perlu dilestarikan sebab merupakan bagian dari adat budaya yang positif, karena terkandung rasa kebersamaan seperti sifat gotong royong yang tinggi dan mencintai lingkungan.

Acara adat ini dihadiri Bupati Kubar Ismael Thomas yang didampingi istri Ny Lucia Mayo dan Wakil Bupati H Didik Effendi SSos Msi, anggota DPRD Kubar, unsur Muspikab, pejabat di lingkungan Pemkab Kubar, dan unsur Muspika Linggang Bigung serta tokoh adat.

Bupati Ismael Thomas mengatakan, acara ini merupakan salah satu nilai luhur yang terkandung dalam adat-budaya, gotong royong (Rentenukng) atau biasanya disebut sempekat sempawaat. Dijelaskan, sempekat sempawaat ini menjadi unsur hakiki dalam kehidupan bersama, seperti membangun rumah, segala kegiatan yang berkaitan dengan perladangan, acara-acara adat, dan seterusnya.

“Saya yakin masyarakat Kampung Linggang Melapeh dan masyarakat Kubar pada umumnya masih mewarisi dan menerapkan nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti membersihkan dan memelihara Danau Aco ini yang ditetapkan sebagai tempat ritual adat. Tapi yang terpenting, bahwa semangat sempekat-sempawaat tersebut haruslah kita peliharan dan praktikkan dalam kehidupan sehari-hari,” harap Bupati.

Sementara itu, Ketua Presedium Dewan Adat Kubar Yustinus Dullah menjelaskan, inti acara adat ini adalah Pakaatn Sapiikng (memberi makan babi hutan). Menurut cerita, kata dia, ada seseorang yang bernama Beluq dari suku Tunjung (Rentenukng) pergi ke ladang untuk melihat tanaman padinya. Ternyata kondisinya baik saja, lalu Beluq kembali ke Lubuung (rumah panjang/lamin) dengan kondisi tersesat.

Dalam keadaan kebingungan itu, terdengarlah sayup-sayup suara orang. Ternyata ada 4 raja dan 2 ratu yang masing-masing bernama Julukng, Japi, Juraatn (masing-masing raja babi), dan Sentukng (raja lebah) kemudian ratunya adalah Mangooi dan Bungaq (masing-masing ratu babi).

“Beluq merasa lelah dan tertidur bersama ke-4 raja dan 2 ratu tersebut setelah terbangun dari tidurnya ternyata, dia (Beluq, Red) sendirian dan yang dijadikan tempat tidurnya adalah ilalang tempat babi bersembunyi ketika sedang melahirkan,” jelasnya.

Singkat cerita, tibalah waktu musim babi menyeberang (langooi), dan Beluq segera menyiapkan peralatan untuk menangkap babi. Ketika pergi ke hulu sungai di mana tempat babi tersebut nyeberang, ternyata ada 6 ekor babi yang menyeberang, di antaranya bermahkota namun hanya seekor yang berhasil dibunuhnya.

Pada malamnya, Buleq bermimpi dan mendapatkan pesan dari ratu babi agar memberi makan babi hutan yang lainya dengan upacara adat, supaya babi hutan tidak lagi mengganggu tanaman padi para petani. Jadi dalam kesimpulan adalah mengingatkan supaya selalu mengadakan ritual Pakaatn Sapiikng setiap tahun dengan tujuan agar hama, penyakit yang disebabkan babi tidak mengganggu tanaman dan ladang. Karena itu, Danau Aco ditetapkan sebagai tempat prosesi ritual adat Pakaatn Sapiikng.

0 Merancang dan Mengelola Jaringan dan Saluran Nilai

I. Saluran Pemasaran dan Jaringan Nilai
Saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi.
A. Pentingnya Saluran Pemasaran
Sistem saluran pemasaran merupakan perangkat saluran pemasaran khusus yang digunakan oleh sebuah perusahaan.
B. Pengembangan Saluran
Biasanya, perusahaan baru memulai bisnisnya sebagai usaha lokal yang melakukan penjualan di pasar yang terbatas, dengan menggunakan perantara yang ada. Kalau berhasil, perusahaan tersebut mungkin akan menambah cabangnya yang baru. Perusahaan mungkin harus menggunakan saluran yang berbeda di pasar yang berbeda.
C. Jaringan Nilai
Jaringan nilai: satu sistem kemitraan dan aliansi yang diciptakan sebuah perusahaan untuk menambah, menyerahkan dan mendapatkan sumber untuk tawaran mereka. Jaringan nilai mencakup pemasok perusahaan, dan pemasoknya pemasok, serta pelanggan langsungnya serta pelanggan akhir mereka.

II. Peran Saluran Pemasaran
Pendelegasian berarti melepaskan sebagian kendali atas bagaimana dan kepada siapa produk tersebut dijual, tetapi produsen tetap memperoleh keuntungan dengan menggunakan perantara: (1) banyak produsen tidak memiliki sumber daya keuangan untuk melakukan pemasaran langsung; (2) para produsen yang menang mendirikan salurannya sendiri sering dapat memperoleh laba yang lebih besar dengan meningkatkan investasinya dalam bisnis utamanya; dan (3) pemasaran langsung sama sekali tidak dapat dilakukan.
A. Fungsi dan Arus Saluran
Saluran pemasaran melakukan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal itu mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan atau menginginkannya.

B. Tingkat Saluran
Saluran nol tingkat (saluran pemasaran langsung) terdiri atas produsen yang langsung menjual kepada pelanggan akhir. Saluran satu tingkat berisi satu perantara penjualan seperti pengecer. Saluran dua tingkat berisi dua perantara. Saluran tiga tingkat berisi tiga perantara.
C. Saluran Sektor Jasa
Konsep saluran pemasaran tidak terbatas pada distribusi barang-barang fisik. Produsen jasa dan gagasan juga menghadapi masalah bagaimana caranya memungkinkan keluarannya tersedia dan terjangkau penduduk sasaran.

III. Keputusan Rancangan-Saluran

A. Menganalisis Tingkat Keluaran Jasa yang Diinginkan Pelanggan
1. Ukuran Lot-Jumlah unit yang dibolehkan saluran tersebut dibeli seorang pelanggan biasa untuk satu kali kesempatan.
2. Waktu tunggu dan waktu pengiriman-waktu rata-rata pelanggan saluran tersebut menunggu penerimaan barang.
3. Kenyamanan ruang-sejauh mana saluran pemasaran tersebut memudahkan pelanggan membeli produk tersebut.
4. Keragaman produk-banyaknya jenis yang disediakan saluran pemasaran. Pelanggan menyukai keragaman yang lebih besar karena pilihan yang lebih banyak akan meningkatkan peluang menemukan apa yang mereka butuhkan.
5. Dukungan layanan-makin besar dukungan layanan, makin banyak pekerjaan yang disediakan saluran tersebut.
B. Menetapkan Tujuan dan Larangannya
Tujuan-tujuan saluran seharusnya dinyatakan dari segi tingkat keluaran jasa yang ditargetkan. Dalam kondisi persaingan, lembaga-lembaga saluran seharusnya menata tugas-tugas fungsionalnya untuk meminimalkan total biaya saluran dalam kaitannya dengan tingkat keluaran jasa yang diinginkan.
C. Mengidentifikasi Alternatif Saluran Utama
Perusahaan-perusahaan dapat memilih dari berbagai jenis saluran untuk menjangkau pelanggan. Mulai dari tenaga penjualan, agen, distributor, penyalur, surat langsung, telemarketing, hingga internet.
1. Jenis Perantara. Suatu perusahaan perlu mengidentifikasi jenis-jenis perantara yang tersedi untuk melaksanakan tugas salurannya.
2. Jumlah Perantara. Distribusi eksklusif berarti sangat membatasi jumlah perantara. Distribusi ini digunakan apabila produsen ingin tetap memegang kendali atas tingkat dan keluaran layanan yang ditawarkan perantara tersebut. Distribusi selektif melibatkan penggunaan lebih dari beberapa tetapi tidak semua perantara yang bersedia menjual produk tertentu. Strategi ini digunakan perusahaan-perusahaan mapan dan perusahaan-perusahaan baru yang mencari distributor. Distribusi intensif terdir atas produsen yang menempatkan barang atau jasanya di sebanyak mungkin gerai.
3. Syarat dan tanggung Jawab Anggota Saluran. Kebijakan harga mengharuskan produsen menyusun daftar harga dan daftar diskon serta potongan harga yang dipandang perantara adil dan memadai. Syarat penjualan mengacu pada jangka waktu pembayaran dan garansi produsen. Hak teritorial distributor menetapkan wilayah distributor dan ketentuan-ketentuan yang mengatur bahwa produsen tersebut memberikan hak kepada distributor lainnya. Layanan dan tanggung jawab kedua belah pihak harus diuraikan dengan cermat.
D. Mengevaluasi Alternatif Utama
1. Kriteria Ekonomi. Masing-masing alternatif saluran akan menghasilkan tingkat penjualan dan biaya yang berbeda. Saluran berbiaya rendah cenderung menjadi saluran yang kurang disentuh.
2. Kriteria Pengendalian dan Penyesuaian Diri. Dalam produk pasar yang berubah cepat, tidak menentu, atau tidak pasti, produsen memerlukan struktur dan kebijakan saluran yang memberikan kemampuan menyesuaikan diri yang tinggi.

IV. Keputusan Manajemen Saluran

A. Memilih Anggota Saluran
Perusahaan perlu memilih anggota-anggota salurannya secara cermat. Untuk memudahkan seleksi anggota saluran, produsen harus menetapkan karakteristik-karakteristik yang membedakan perantara-perantara yang lebih baik.
B. Melatih Anggota Saluran
Perusahaan perlu merencanakan dan mengimplementasikan program pelatihan yang cermat bagi perantara mereka.
C. Memotivasi Anggota Saluran
Jenis-jenis kekuatan untuk memperoleh kerja sama:
1. Kekuatan paksaan. Produsen mangancam untuk menarik sumber daya atau memutuskan hubungan jika perantara gagal bekerja sama.
2. Kekuatan imbalan. Produsen menawarkan manfaat tambahan kepada perantara untuk melaksanakan tindakan atau fungsi tertentu.
3. Kekuatan yang sah. Produsen menuntut perilaku yang dibenarkan sesuai dengan kontrak.
4. Kekuatan ahli. Produsen memiliki pengetahuan khusus yang dihargai perantara.
5. Kekuatan rujukan. Pabrikan sangat menghormati pedagang perantara yang sangat kuat ikatannya dengan pabrikan itu.
D. Mengevaluasi Anggota Saluran
Secara berkala, produsen harus mengevaluasi kinerja perantara berdasarkan standar seperti pencapaian kuota penjualan, tingkat persediaan rata-rata, waktu pengiriman kepada pelanggan, penanganan barang rusak, dan hilang, dan kerja sama dalam program promosi dan pelatihan.
E. Mengubah Susunan Saluran
Produsen harus mempelajari secara berkala dan mengubah susunan salurannya. Perubahan diperlukan apabila saluran distribusi tersebut sejalan sebagaimana direncanakan, pola beli konsumen berubah, pasar meluas, muncul pesaing baru, lahir saluran distribusi yang inovatif, dan produk tersebut memasuki tahap lanjut siklus hidup produk itu.

V. Sistem dan Integrasi Saluran
A. Sistem pemasaran Vertikal
Sistem pemasaran vertikal (VMS-vertical marketing system) terdiri atas produsen, pedagang besar, dan pengecer yang bertindak sebagai sistem yang menyatu. VMS muncul sebagai akibat dari upaya pemimpin saluran tersebut mengendalikan perilaku saluran dan menghilangkan konflik karena tiap anggota berusaha memenuhi tujuan pribadinya.
1. VMS Korporat menggabungkan tahap-tahap produksi dan distribusi yang berurutan dibawah kepemilikan tunggal.
2. VMS Terpimpin mengkoordinasikan tahap-tahap produksi dan distribusi yang berurutan melalui ukuran dan kekuatan salah satu anggota.
3. VMS Berdasarkan Kontrak terdiri atas usaha independen pada berbagai tingkat produksi dan distribusi yang berbeda yang memadukan program mereka berdasarkan kontrak untuk memperoleh penghematan atau dampak penjualan yang lebih besar daripada yang dapat mereka capai sendirian. Tiga jenis VMS berdasarkan kontrak: (1) jaringan sukarela yang di sponsori pedagang besar; (2) koperasi pengecer; (3) organisasi waralaba.
4. Persaingan baru dalam Eceran. Persaingan baru dalam eceran tidak lagi terjadi antara unit-unit bisnis independen, melainkan antara seluruh sistem jaringan yang di program secara terpusat (korporat, terpimpin dan yang didasari kontrak) yang bersaing satu sama lain guna mencapai penghematan biaya dan tanggapan terhadap pelanggan yang terbaik.
B. Sistem Pemasaran Horisontal
Sistem pemasaran horisontal adalah dimana dua atau beberapa perusahaan yang tidak berhubungan menggabungkan sumber daya atau program untuk memanfaatkan peluang pemasaran yang sedang berkembang.
C. Sistem Pemasaran Multi-Saluran
Pemasaran multi-saluran terjadi apabila satu perusahaan menggunakan dua atau lebih saluran pemasaran untuk menjangkau satu atau beberapa segmen pelanggan.
1. Merencanakan Arsitektur Saluran. Perusahaan menggunakan saluran yang berbeda untuk melakukan penjualan kepada pelanggan-pelanggan dengan ukuran yang berbeda. Perusahaan dapat menggunakan tenaga penjualan langsungnya untuk melakukan penjualan kepada pelanggan besar, telemarketing untuk melakukan penjualan kepada pelanggan kecil; tetapi keuntungan ini dapat terancam oleh tingkat konflik yang meningkat mengenai siapa yang mempunyai kepemilikan pelanggan.

VI. Konflik, kerja sama, dan Persaingan
A. Jenis Konflik dan Persaingan
Konflik saluran vertikal berarti konflik antara tingkat-tingkat yang berbeda dalam saluran yang sama. Konflik saluran horisontal adalah konflik antara anggota-anggota pada tingkat yang sama dalam saluran tersebut. Konflik multi-saluran terjadi apabila produsen tersebut menciptakan dua atau lebih saluran yang melakukan penjualan ke pasar yang sama.
B. Penyebab Konflik Persaingan
Penyebab utama konflik saluran adalah ketidaksesuaian saluran, peran dan hak yang tidak jelas, dan perbedaan persepsi.

C. Mengelola Konflik Saluran
Kooptasi: upaya salah satu organisasi untuk memperoleh dukungan pemimpin organisasi lainnya dengan menyertakan mereka dalam dewan penasehat, dewan direksi, dan sejenisnya. Diplomasi terjadi apabila masing-masing pihak mengirimkan satu orang atau satu kelompok untuk bertemu dengan mitra rundingnya guna memecahkan konflik tersebut. Mediasi: mengandalkan pihak ketiga yang netral yang memiliki keahlian mendamaikan kepentingan kedua belah pihak. Arbitrasi terjadi apabhila kedua belah pihak setuju menyampaikan argumen mereka kepada satu atau beberapa arbitrator dan menerima keputusan arbitrasi tersebut.
D. Masalah-masalah Hukum Etika dalam Hubungan Saluran
Perusahaan secara hukum bebas mengembangkan pengaturan saluran apapun yang sesuai baginya. Bahkan, hukum berupaya mencegah perusahaan menggunakan taktik-taktik pengucilan yang mungkin akan menghalangi pesaing menggunakan saluran.

VII. Praktik Pemasaran E-Commerce
E-business (bisnis elektronik) menggambarkan penggunaan sarana elektronik dan platform untuk melakukan bisnis perusahaan. E-Commerce (perdagangan elektronik) berarti bahwa perusahaan atau situs menawarkan untuk melakukan transaksi atau memudahkan penjualan produk dan jasa secara online. E-purchasing berarti perusahaan memutuskan untuk membeli barang, jasa, dan informasi dari berbagai pemasok online. E-marketing menggambarkan perusahaan berusaha untuk menginformasikan kepada pembeli, mengkomunikasikan, mempromosikan, dan menjual produk dan jasanya lewat internet. Perusahaan-perusahaan klik murni (pure click), yakni perusahaan yang telah meluncurkan situs web tanpa eksistensi perusahaan apa pun sebelumnya. Perusahaan-perusahaan brick and click (perusahaan nyata dan sekaligus klik), perusahaan-perusahaan yang sudah ada yang menambahkan situs online untuk informasi dan/atau e-commerce.
A. Perusahaan Klinik Murni
1. The Dot-Com Buble. Perusahaan harus menetapkan dan mengoperasikan situs e-commerce mereka secara cermat.
2. E-Commerce Bisnis ke Bisnis. Tujuan situs B2B adalah membuat pasar menjadi lebih efisien. Pembeli bisa mendapatkan informasi dari: (1) situs web pemasok; (2) infomediaries, pihak ketiga yang menambah nilai dengan mengumpulkan informasi tentang alternatif-alternatif; (3) market makers, pihak ketiga yang menciptakan pasar yang menghubungkan pembeli dan penjual; dan (4) komunitas pelanggan yang merupakan situs web dimana pembeli dapat bertukar cerita tentang produk dan layanan pemasok.
B. Perusahaan real dan Klik
Banyak perusahaan cepat bergerak untuk membuka situs web yang menggambarkan bisnis mereka, namun menolak untuk menambah e-commerce pada situs mereka. Mereka merasa bahwa penjualan produk atau layanan mereka secara online akan menimbulkan konflik saluran- mereka akan bersaing dengan pengecer, agen, atau toko offline mereka sendiri.

Kamis, 18 November 2010

0 International Financial Reporting Standard (IFRS): Tantangan Akuntan dalam Era Globalisasi

Pendahuluan
Standar akuntansi keuangan yang melandasi praktik akuntansi keuangan di suatu negara beragam dan berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan adanya perbedaan lingkungan bisnis seperti nilai, budaya, sistem politik, hukum serta tahapan perkembangan ekonomi yang berbeda. Namun dengan semakin pesatnya perkembangan interaksi perdagangan antar negara di era globalisasi ini maka kebutuhan akan konvergensi standar akuntansi internasional yang bisa dipakai oleh semua negara menjadi semakin mendesak dan dibutuhkan oleh semua pihak yang terlibat dalam perdagangan Internasional. Konvergensi ini dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan tentang adanya standar akuntansi yang bisa dipakai sebagai bahasa bisnis global.
Susanto (2006) mengemukakan ada tiga alasan utama yang mendorong perlunya konvergensi (harmonisasi) standar akuntansi internasional yaitu: efisiensi, investasi, dan perdagangan sekuritas pada lebih dari satu negara atau cross border listing. Terciptanya seperangkat standar akuntansi internasional akan menghemat waktu dan biaya dalam kegiatan pencatatan transaksi bisnis dan penyusunan laporan keuangan perusahaan multinasional serta bermanfaat bagi para analis keuangan dalam melakukan perbandingan laporan keuangan antar negara untuk bisnis sejenis. Manfaat lain adalah mempermudah perusahaan yang akan memperdagangkan sekuritas mereka pada pasar modal di berbagai negara.
Perkembangan dalam teknologi informasi juga telah mengubah lingkungan pelaporan keuangan dengan menghapuskan jarak fisik diantara berbagai pihak yang berinteraksi dalam bisnis global sehingga memungkinkan informasi tersedia pada saat yang hampir bersamaan di berbagai tempat yang berbeda. Inilah yang memungkinkan investor bertransaksi di seluruh penjuru dunia tanpa ada kendala batasan wilayah negara. Tetapi ketika perusahaan masih menggunakan standar pelaporan keuangan yang berbeda-beda seperti US GAAP (Generally Accepted Accounting Principles), PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan), IAS (International Accounting Standard), maka tuntutan perbandingan laporan keuangan antar negara, ketepatan waktu pelaporan, relevansi informasi, serta investasi antar negara menjadi terhambat. Inilah berbagai faktor yang mendorong pengadopsian IFRS menjadi semakin kuat dibutuhkan.

Tulisan ini akan menguraikan berbagai isu penting dalam rangka pengadopsian IFRS sebagai bahasa bisnis global yang akan diimplementasikan pada tahun 2012, khususnya bagi perusahaan yang memiliki pertanggungjawaban kepada publik atau melakukan transaksi bisnis global. Isu ini meliputi proses terbentuknya International Accounting Standards Board (IASB), perbedaan IFRS dengan GAAP dan PSAK, Penerapan IFRS di Indonesia serta dampaknya bagi perusahaan dan akuntan.

Proses Terbentuknya International Accounting Standards Board (IASB)
Penyusun Standar Internasional berdiri pada bulan Juni tahun 1973 di London, Inggris melalui kesepakatan dari sembilan lembaga akuntansi Internasional. Kesepakatan ini menghasilkan terbentuknya the International Accounting Standards Committee (IASC) yang mewakili empatbelas negara. Anggota IASC termasuk the International Organisation of Securities Commission (IOSCO), the Financial Accounting Standards Board (FASB) dan the European Commission. Pada bulan Maret 1974, IASC menerbitkan Exposure dtaft yang pertama E1- Disclosure of Accounting Policies dan sampai saat ini telah diterbitkan 68 exposure drafts, 41 International Accounting Standards (IAS) dan 25 Interpretations of IAS.
Pada bulan April 2001, the International Accounting Standards Committee Foundation (IASCF) terbentuk di Amerika. Organisasi ini merupakan organisasi induk dari IASB. IASB merupakan penerus dari the International Accounting Standards Committee (IASC) merupakan lembaga independen yang sebagian besar pendanaannya berasal dari kantor akuntan, perusahaan dan institusi finansial swasta, bank serta organisasi internasional dan profesional di seluruh dunia.
IASB beranggotakan 14 board members yang berasal dari sembilan negara (termasuk Amerika) yang masing-masing berhak atas satu suara. Anggota IASB dipilih berdasar pada kompetensi profesional dan pengalaman praktisnya (AICPA, 2008). Sejak Januari 2008, ketua IASB adalah Profesor Sir David Tweedie (KPMG) dan wakilnya Thomas E. Jones (wakil ketua FASB).
Dewasa ini lebih dari 100 negara (lebih dari 12.000 perusahaan) telah mengadopsi penggunaan International Financial Accounting Standard (IFRS) sebagai acuan dalam menyiapkan laporan keuangan perusahaan publik termasuk USA melalui Securities Exchange Commision (SEC). Negara-negara ini antara lain Uni Eropa, Kanada, India, Hong Kong, Australia, Malaysia, Pakistan, Russia, Afrika Selatan, Singapore and Turki. Diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan jumlah negara yang mengadopsi IFRS akan terus bertambah sehingga bisa mencapai 150an negara. Jepang dan Mexico juga telah merencanakan untuk mengkonvergensi (mengeliminasi perbedaan yang signifikan) standar akuntansi nasional mereka.
IASB bertanggungjawab terhadap pengembangan the International Financial Reporting Standards (IFRS ) serta mempromosikan penggunaan dan penerapannya. IFRS adalah nama baru dari International Accounting Standards (IAS) untuk standar yang diterbitkan setelah tahun 2001. IASB bertugas merevisi konstitusi dengan tujuan akhir pengembangkan dan pengaplikasian seperangkat standar akuntansi global yang akan menghasilkan informasi keuangan yang berkualitas tinggi yang akan membantu seluruh partisipan pemain pasar modal dunia dalam pengambilan keputusan ekonomi.
The International Accounting Standards Board dan the US Financial Accounting Standards Board telah berkomitmen untuk menyelaraskan IFRS dan US GAAP sejak Norwalk Accord 2002. Pada tahun 2002 dalam pertemuan di Norwalk, Connecticut, IASB dan FASB sepakat untuk mengurangi perbedaan antara IFRS dan US GAAP (the Norwalk Agreement). Pada bulan Februari 2006 FASB dan IASB menerbitkan Memorandum of Understanding yang di dalamnya terkandung antara lain suatu program yang berisi topik-topik yang harus dikonvergensi sebelum 2008. Salah satu langkah besar penyelarasan ini adalah usulan Securities and Exchange Commission (SEC) di tahun 2007 yang tidak mensyaratkan lagi rekonsiliasi bagi perusahaan asing yang menyiapkan laporan keuangannya dengan menggunakan IFRS. Langkah signifikan berikut adalah konsep SEC yang memperbolehkan perusahaan domestik USA untuk menggunakan IFRS sebagai alternatif US GAAP.
Penyelarasan ini bermakna penyederhanaan pelaporan keuangan dan pengurangan berbagai kendala yang dihadapi perusahaan yang terdaftar di bursa saham terutama di bursa yang memiliki lebih dari satu wilayah hukum dan perusahaan yang sahamnya diperjualbelikan lintas transaksi pasar modal.

Struktur IFRS
IFRS adalah serangkaian standar berbasis prinsip ("principles based" set of standards) yang mengatur pedoman umum sekaligus perlakuan khusus. IFRS terdiri atas:
1. International Financial Reporting Standards (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah 2001
2. International Accounting Standards (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum 2001
3. Interpretations Originated from the International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) – diterbitkan sesudah 2001
4. Standing Interpretations Committee (SIC) – diterbitkan sebelum 2001

IFRS juga memiliki Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements (Rerangka Penyiapan dan Presentasi Laporan Keuangan) yang menggambarkan beberapa prinsip yang mendasari IFRS, yaitu
1. Objective of financial statements (tujuan laporan keuangan)
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat untuk berbagai pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi dan menyediakan the current financial status suatu entitas bagi pemegang saham dan masyarakat umum.
2. Underlying assumptions (asumsi yang mendasari). Asumsi yang mendasari IFRS adalah:
a. Accrual basis – dampak transaksi dan kejadian lain diakui pada saat terjadinya dan bukan pada saat kas diterima atau dikeluarkan/dibayar.
b. Going concern – Laporan Keuangan disiapkan berbasis pada asumsi bahwa entitas akan terus beroperasi sampai waktu yang tidak terbatas.
3. Qualitative characteristics of financial statements (karakteristik kualitatif laporan keuangan)
a. Understandability
b. Relevance
c. Reliability
d. Comparability.
4. Elements of financial statements (elemen laporan keuangan)
a. Neraca terdiri dari:
• Assets (Aset)– sumber ekonomi yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat kejadian masa lalu yang akan memberikan manfaat ekonomi kepada entitas di masa mendatang.
• Liabilities (Kewajiban)- kewajiban entitas sekarang yang timbul akibat kejadian masa lalu yang penyelesaiannya memerlukan aliran keluar sumber yang memiliki manfaat ekonomi.
• Equity (Ekuitas)- nilai residual aset setelah dikurangi seluruh kewajiban.
b. Laporan Laba Rugi (the statement of comprehensive income) terdiri dari
• Income (Laba) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk aliran masuk atau peningkatan aset atau pengurangan kewajiban.
• Expenses (Biaya) adalah penurunan manfaat ekonomi.
5. Recognition of Elements of Financial Statements
Pengakuan suatu item dalam laporan keuangan dilakukan bila
• kemungkinan manfaat ekonomi masa mendatang akan mengalir ke dan dari entitas serta
• ketika item memiliki kos atau nilai yang dapat diukur dengan tingkat reliabilitas tertentu.
6. Measurement of the Elements of Financial Statements
Pengukuran menggambarkan bagaimana tanggung jawab akuntan menentukan nilai uang (rp) suatu item dalam laporan laba rugi dan neraca. Dasar pengukuran harus diseleksi oleh akuntan dengan penuh tanggung jawab. Terdapat beragam dasar pengukuran dengan berbagai kombinasinya. Dasar ini meliputi (tetapi tidak terbatas pada):
• Historical cost (dominan)
• Current cost
• Realisable (settlement) value
• Present value
7. Concepts of Capital and Capital Maintenance
a. Concepts of Capital
• A financial concept of capital, seperti investasi dalam bentuk finansial berarti modal adalah aset neto atau aset neto entitas.
• A physical concept of capital berarti modal adalah kapasitas produktif entitas.
a. Concepts of Capital Maintenance and the Determination of Profit
• Akuntan dapat memilih mengukur financial capital maintenance (pemeliharaan modal finansial) baik dalam bentuk unit moneter nominal atau constant purchasing power units (unit daya beli konstan).
• Modal fisik dipertahankan ketika kapasitas produktif akhir periode lebih besar daripada awal periode.
• Laba adalah kelebihan yang diperoleh setelah modal awal periode dipertahnkan.
• Ketika akuntan memilih unit moneter nominal, laba adalah peningkatan modal nominal.
• Ketika akuntan memilih daya beli konstan, laba adalah peningkatan daya beli yang diinvestasikan. Hanya kenaikan yang melebihi tingkat inflasi yang diperlakukan sebagai laba.
Daftar Statemen yang telah diterbitkan IFRS:
• IFRS 1 First time Adoption of International Financial Reporting Standards
• IFRS 2 Share-based Payment
• IFRS 3 Business Combinations
• IFRS 4 Insurance Contracts
• IFRS 5 Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operations
• IFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral Resources
• IFRS 7 Financial Instruments: Disclosures
• IFRS 8 Operating Segments
• IAS 1: Presentation of Financial Statements
• IAS 2: Inventories
• IAS 7: Cash Flow Statements
• IAS 8: Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors
• IAS 10: Events After the Balance Sheet Date.
• IAS 11: Construction Contracts
• IAS 12: Income Taxes
• IAS 14: Segment Reporting (superseded by IFRS 8 on January 1, 2008)
• IAS 16: Property, Plant and Equipment
• IAS 17: Leases
• IAS 18: Revenue
• IAS 19: Employee Benefits
• IAS 20: Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance
• IAS 21: The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
• IAS 23: Borrowing Costs
• IAS 24: Related Party Disclosures
• IAS 26: Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plans
• IAS 27: Consolidated Financial Statements
• IAS 28: Investments in Associates
• IAS 29: Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
• IAS 31: Interests in Joint Ventures
• IAS 32: Financial Instruments: Presentation (Financial instruments disclosures are in IFRS 7 Financial Instruments: Disclosures, and no longer in IAS 32)
• IAS 33: Earnings Per Share
• IAS 34: Interim Financial Reporting
• IAS 36: Impairment of Assets
• IAS 37: Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
• IAS 38: Intangible Assets
• IAS 39: Financial Instruments: Recognition and Measurement
• IAS 40: Investment Property
• IAS 41: Agriculture
Daftar Interpretasi:
• Preface to International Financial Reporting Interpretations (Revisi Januari 2006)
• IFRIC 1 Changes in Existing Decommissioning, Restoration and Similar Liabilities (Revisi Januari 2006)
• IFRIC 7 Approach under IAS 29 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies (Diterbitkan Februari 2006)
• IFRIC 8 Scope of IFRS 2 (Diterbitkan Februari 2006)
• IFRIC 9 Reassessment of Embedded Derivatives (Diterbitkan April 2006)
• IFRIC 10 Interim Financial Reporting and Impairment (Diterbitkan November 2006)
• IFRIC 11 IFRS 2-Group and Treasury Share Transactions (Diterbitkan November 2006)
• IFRIC 12 Service Concession Arrangements (Diterbitkan November 2006)
• SIC 7 Introduction of the Euro (Revisi Januari 2006)
• SIC 10 Government Assistance-No Specific Relation to Operating Activities (Revisi Januari 2006)
• SIC 12 Consolidation-Special Purpose Entities (Revisi Januari 2006)
• SIC 13 Jointly Controlled Entities-Non-Monetary Contributions by Venturers (Revisi Januari 2006)
• SIC 15 Operating Leases-Incentives (Revisi Januari 2006)
• SIC 21 Income Taxes-Recovery of Revalued Non-Depreciable Assets (Revisi Januari 2006)
• SIC 25 Income Taxes-Changes in the Tax Status of an Entity or its Shareholders (Revisi Januari 2006)
• SIC 27 Evaluating the Substance of Transactions Involving the Legal Form of a Lease (Revisi Januari 2006)
• SIC 29 Disclosure-Service Concession Arrangements (Revisi Januari 2006)
• SIC 31 Revenue-Barter Transactions Involving Advertising Services (Revisi Januari 2006)
• SIC 32 Intangible Assets-Web Site Costs (Revisi Januari 2006)

Persamaan dan Perbedaan IFRS dengan GAAP
Perbandingan antara IFRS dan GAAP dapat dilihat secara lebih rinci dan detail pada lampiran tulisan ini. Tetapi secara garis besar perbedaan yang perlu mendapat perhatian antara lain:
1. IFRS tidak terlalu detail dan rinci, misal penjelasan terkait dengan pengakuan pendapatan.
2. IFRS tidak memperbolehkan penentuan nilai persediaan berbasis Last In First Out (LIFO)
3. IFRS umumnya masih menggunakan historical cost tetapi aktiva tak berwujud, PPE, serta investment property bisa direvaluasi menurut nilai wajar (fair value)
Kesiapan Indonesia Menghadapi Pemberlakuan IFRS 2012
Dalam rangka konvergensi dengan IFRS dan IAS, tiga PSAK revisian DSAK-IAI sudah berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2008 yaitu
1. PSAK No. 13 (revisi 2007) tentang Properti Investasi yang menggantikan PSAK No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi (disahkan 1994). PSAK ini hampir sepenuhnya mengadopsi IAS 40 (2003) Investment Property
2. PSAK No. 16 (revisi 2007) tentang Aset Tetap yang menggantikan PSAK 16 (1994) : Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain dan
3. PSAK 17 (1994) : Akuntansi Penyusutan serta PSAK No. 30 (revisi 2007) tentang Sewa menggantikan PSAK 30 (1994) tentang Sewa Guna Usaha.
Sedangkan dua standar lainnya akan mulai berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2009, yaitu
1. PSAK No. 50 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan yang menggantikan Akuntansi Investasi Efek Tertentu dan
2. PSAK No. 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran yang menggantikan Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai.
Dengan adanya penyempurnaan dan pengembangan PSAK secara berkelanjutan dari tahun ke tahun, saat ini terdapat tiga PSAK yang pengaturannya sudah disatukan dengan PSAK terkait yang terbaru sehingga nomor PSAK tersebut tidak berlaku lagi, yaitu :
1. PSAK No. 9 (Revisi 1994) tentang Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek pengaturannya disatukan dalam PSAK No. 1 (Revisi 1998) tentang Penyajian Laporan Keuangan;
2. PSAK No. 17 (Revisi 1994) tentang Akuntansi Penyusutan pengaturannya disatukan dalam PSAK No. 16 (Revisi 2007) tentang Aset Tetap;
3. PSAK No. 20 tentang Biaya Riset dan Pengembangan (1994) pengaturannya disatukan dalam PSAK No. 19 (Revisi 2000) tentang Aset Tidak Berwujud.
Selain itu DSAK-IAI juga telah menyetujui Exposure Draft (ED) beberapa PSAK yang terdiri dari tiga PSAK konvensional dan 5 PSAK Syariah yaitu:
1. ED PSAK 14 tentang Persediaan
2. ED PSAK 26 tentang Biaya Pinjaman
3. ED PSAK 58 tentang Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
4. ED PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah
5. ED PSAk 108 tentang Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahan Bermasalah
6. ED PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sadakah
7. ED PSAK 110 tentang Akuntansi Hawalah
8. ED PSAK 111 tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah

Konvergensi PSAK dengan IFRS:
Pada akhir tahun 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK. Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS. Tahun 2012 merupakan tahun dimana PSAK yang sudah berbasis IFRS sudah wajib diterapkan oleh perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik
Berikut kutipan dari Deloitte News Letter : The Standards Update Vol.1/24-Sep-2007 tentang IFRS Convergence Planning:
IAI merencanakan untuk mengkonvergensi PSAK dengan IFRS sebelum 2012. Sejalan dengan rencana ini, DSAK sedang dalam proses merevisi tiga PSAK sebagai berikut :
• PSAK 22 : Akuntansi untuk Penggabungan Usaha yang direvisi dengan mengacu pada IFRS 3 : Business Combination;
• PSAK 58 : Penghentian Operasi yang direvisi dengan mengacu pada IFRS 5 : Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operations; dan
• PSAK 48 : Kerusakan Aset yang direvisi dengan mengacu pada IAS 36 : Impairment of Assets
Penerapan IFRS di Indonesia serta Dampaknya bagi Perusahaan dan Akuntan.
Indonesia pada mulanya cenderung mengikuti standar akuntansi keluaran Amerika yang diterbitkan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB). Tetapi sejak tahun 1994 Indonesia sudah mulai melakukan harmonisasi dan lebih mendekatkan diri ke International Accounting Standard (IAS).
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah menetapkan tahun 2008 sebagai target antara dimana perbedaan-perbedaan mendasar antara PSAK dan IFRS sudah tidak ada lagi. Saat ini, DSAK sudah menyiapkan Exposure Draft (ED) dari 4 buah standar yang sudah disesuaikan dengan standar IFRS yang sesuai. Yang paling ditunggu-tunggu oleh para pengamat dan praktisi adalah ED dari PSAK 16 tentang aktiva tetap dan aktiva lainnya (Dinhi, 2007).
Di dalam IAS 16, standar internasional memperbolehkan pengukuran aktiva tetap memakai revaluation model (di tahun berikutnya setelah aktiva dinilai berdasarkan nilai perolehannya). Perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat menerapkan revaluation model (fair value accounting) dalam pencatatan PPE (Property, Plan, and Equipment) mulai tahun 2008 (asumsi bahwa PSAK 16 akan mulai efektif tahun 2008). Hal ini adalah perubahan yang cukup besar karena selama ini revaluation model belum dapat diterapkan di Indonesia dan hanya bisa dilakukan jika ketentuan pemerintah mengijinkan.
Apa perbedaan historical cost yang selama ini sudah lebih dikenal dengan revaluation model? Revaluation model memperbolehkan PPE dicatat berdasarkan nilai wajarnya. Permasalahannya di Indonesia adalah sistem perpajakan yang tidak mendukung standar ini. Di dalam peraturan perpajakan, revaluasi aset ke atas dikenai pajak final sebesar 10% dan harus dibayar pada tahun tersebut (tidak boleh dicicil dalam 5 tahun misalnya) dan tidak menghasilkan hutang pajak tangguhan yang bisa dibalik di tahun berikutnya bila nilai aktiva turun. Bayangkan apabila perusahaan memutuskan memakai revaluation model dan setiap tahun harga asetnya meningkat, maka setiap tahun harus membayar pajak final padahal kenaikan harga aset tersebut tidaklah membawa aliran kas masuk ke dalam perusahaan. Bila aturan perpajakan tidak mendukung, maka dapat dipastikan perusahaan akan enggan menerapkan revaluation model. Bukan hanya sistem pajaknya saja yang memberatkan, bila perusahaan memakai revaluation model, tetapi mereka juga harus bersiap-siap untuk keluar uang lebih banyak guna menyewa jasa penilai. Hal ini dikarenakan banyaknya aset tetap yang tidak memiliki nilai pasar sehingga ketergantungan kepada jasa penilai (assessor) akan besar untuk menilai aset-aset ini.
Jika ternyata nilai wajar yang ditetapkan penilai berbeda dengan nilai wajar yang ditetapkan auditor dari akuntan publik, biasanya nilai wajar dari auditor yang akan dipakai. Sistem pencatatan akuntansi juga sedikit lebih rumit daripada memakai historical cost. Ketika perusahaan pertama kali berubah dari historical cost model ke revalution model, maka akumulasi penyusutan dihapus dan biaya penyusutan dihitung kembali berdasarkan nilai wajar yang baru. Demikian selanjutnya apabila revaluasi menerbitkan nilai baru, maka biaya penyusutan dihitung kembali. Peraturan lain dari IAS 16 adalah bahwa penerapan nilai wajar tidak bisa diterapkan oleh aktiva secara individu tapi harus secara keseluruhan dalam golongan aktivat tersebut.
Terkait dengan penilian berbasis nilai wajar ini, IASB juga telah menerbitkan dokumen yang mencoba menjawab berbagai pertanyaan terkait dengan nilai wajar instrumen finansial yang tidak aktif (IASCF, 2008) sepetti yang tercantum dalam IAS 39 Financial Instrument: Recognition and Measurement. IASB dan FASB akan terus memastikan dan bekerjasama guna meyakinkan bahwa tujuan pengukuran nilai wajar secara konsisten diterapkan di pasar yang tidak aktif sehingga memungkinkan perbandingan antar wilayah. Untuk memenuhi tujuan pengukuran nilai wajar ini suatu entitas mengukur nilai instrumen finansial dengan mempertimbangkan seluruh informasi pasar yang relevan yang tersedia. Kalau data yang tersedia tidak diperoleh maka nilai wajar akan ditentukan berdasar teknik valuasi yang berdasar pada asumsi manajemen tentang aliran kas di masa mendatang dengan penyesuaian yang memadai (discount rate)
Melalui milis FORKAP (Forum Kantor Akuntan Publik) 4 Maret 2008, Bapak Ahmadi Hadibroto (ketua IAI) menginformasikan perkembangan terakhir Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia. Pada bulan Januari 2008 yang lalu, DSAK menyampaikan rencana pengembangan PSAK sebagai berikut :
1. Penyusunan SAK-UKM
DSAK sejak tahun lalu sudah mulai menyusun SAK untuk UKM. Jika tidak ada halangan, exposure draftnya akan diterbitkan dalam beberapa bulan mendatang dan diharapkan dapat disahkan tahun ini juga.
2. Penyusunan SAK Nasional
SAK Nasional adalah SAK khusus yang tidak dicakup dalam IFRS, yaitu :
a. SAK untuk transaksi berbasis syariah, ditargetkan rampung tahun ini juga;
b. SAK untuk badan layanan umum, target 2008-2009;
c. SAK untuk entitas nirlaba, target 2009-2010;
d. SAK untuk derivasi peraturan perundang-undangan, target 2010-2012
3. Konvergensi dengan IFRS
a. Pada akhir 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK;
b. Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS;
c. Tahun 2012 merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS wajib diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik.
Melihat program pengembangan standar akuntansi di atas, jelas terlihat bahwa pengembangan PSAK untuk UKM dan kebutuhan spesifik nasional kita didahulukan. Bahkan nantinya PSAK berbasis IFRS tidak wajib diterapkan oleh perusahaan-perusahaan lokal yang tidak memiliki akuntabilitas publik.

Dampak Penerapan IFRS bagi Akuntan dan Perusahaan Indonesia
Dengan diadopsinya IFRS tentu saja para akuntan wajib mengikuti semua perkembangan, perubahan dalam penyusunan laporan keuangan berbasis IFRS khususnya untuk standar yang memiliki perlakuan berbeda. Menjadi kebutuhan mutlak bagi semua pihak terkait (akuntan, analis, praktisi, pendidik, mahasiswa, aktuaris, pelaku pasar modal, organisasi profesi) untuk memperbaharui pengetahuan mereka dalam memahami perlakuan akuntansi yang berbeda. Perlu diselenggarakan training terstruktur bagi mereka yang membutuhkan serta memasukkan IFRS dalam kurikulum pendidikan akuntansi.